Menebar Kebaikan Dimanapun Berada

Menebar Kebaikan Dimanapun Berada
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wassallam, keluarga, dan para sahabatnya, serta pengikutnya yang selalu setia dan Istiqomah

وَلِكُلٍّ وِّجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يَأْتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.(QS. Al-Baqarah: 148)

Masing-masing umat memiliki kiblat sendiri dalam ibadahnya. Menghadap kiblat tertentu termasuk syari'at yang bisa berubah tergantung situasi dan kondisi serta zamannya, ia bisa dimasuki oleh naskh dan mengalami perubahan dari arah tertentu kepada arah yang lain. 

Hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi tujuan utama adalah menta'ati perintah Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan menjauhi larangan-Nya serta mendekatkan diri kepada-Nya, inilah tanda kebahagiaan.

Perintah berlomba-lomba dalam kebaikan lebih dalam daripada sebatas perintah mengerjakan kebaikan. Dalam perintah ini mengandung perintah mengerjakannya, menyempurnakannya, melakukannya sebaik mungkin dan bersegera kepadanya. 

Barangsiapa yang bersegera kepada kebaikan ketika di dunia, maka dia adalah orang yang lebih dulu ke surganya. 

Oleh karena itu, mereka yang berlomba-lomba dalam kebaikan adalah orang yang paling tinggi derajatnya. 

Dan kata "kebaikan" di sini mencakup semua amalan fardhu maupun sunat, baik berupa shalat, puasa, zakat, hajji, Umrah, jihad, manfa'at bagi orang lain maupun sebatas untuk diri sendiri.

Karena pendorong yang paling kuat agar seseorang dapat bersegera kepada kebaikan dan bersemangat kepadanya adalah pahala yang dijanjikan Allah Subhaanahu wa Ta'aala. 

Maka Dia berfirman seperti yang disebutkan di atas; yakni Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan mengumpulkan kita semuanya di mana saja kita berada dengan kekuasaan-Nya, dan Dia akan memberikan balasan kepada setiap orang yang beramal

Jika amalnya buruk, maka Dia akan membalas sesuai amal yang dikerjakannya dan jika baik, maka Dia akan membalas dengan berlipat ganda dan memberikan balasan yang terbaik (surga). 

Ayat yang mulia ini juga mengandung perintah untuk segera melaksanakan kewajiban seperti shalat di awal waktu, segera membayar hutang puasa dan segera berhajji serta anjuran untuk melaksanakan amalan-amalan sunat.

Menebar Kebaikan Kepada Sesama Makhluk

Kita diperintahkan untuk berbuat baik tidak hanya kepada sesama manusia melainkan kepada setiap makhluk. Dan itu merupakan suatu kebaikan yang mulia di sisi Allah.

Sebagai manusia tentu kita tak asing dengan yang namanya kasih sayang, karena memang hal tersebut telah dikaruniakan Tuhan sejak penciptaannya. 

Kehidupan yang aman dan tentram merupakan hak atas setiap makhluk hidup yang Allah ciptakan di atas muka bumi ini. 

Meski demikian, banyak bentuk kedzaliman yang dilakukan oleh sebagian makhluk kepada sebagian yang lainnya. termasuk diantaranya adalah kedzaliman yang dilakukan manusia kepada binatang.

Sesungguhnya agama islam yang mulia ini telah mengajarkan kepada pemeluknya untuk selalu berakhlak baik dan menjauhi kedzaliman, termasuk di dalamnya adalah berkasih sayang kepada binatang. 

Kasih sayang kepada binatang merupakan bentuk dari keindahan islam,yaitu bahwasanya Islam adalah agama rahmat bagi seluruh alam semesta, yang mana Allah azza wa jalla mengutus Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai bentuk kasih sayangnya kepada seluruh makhluk yang ada di alam semesta ini. 

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :                                                                              
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

 "Dan tidaklah kami mengutusmu melainkan sebagai rahmat /kasih sayang bagi semesta alam."(Qs.al-Anbiya[21]:107)

Bahkan Nabi secara khusus menjelaskan tentang kasih sayang terhadapnya, dalam hal ini adalah binatang. Nabi bersabda :

Telah menceritakan kepada kami Isma'il berkata, telah menceritakan kepadaku Malik dari Nafi' dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda : 

"Ada seorang wanita disiksa disebabkan mengurung seekor kucing hingga mati kelaparan lalu wanita itupun masuk neraka". 

Nafi' berkata ; beliau berkata : "sungguh Allah maha  mengetahui  bahwa kamu tidak memberinya makan dan minum ketika engkau mengurungnya dan tidak membiarkannya berkeliaran sehingga dia dapat memakan serangga tanah"

Hadtis ini adalah peringatan yngg keras bagi orang-orang yang menyiksa hewan. Hadits diatas menunjukkan tidak adanya rasa kasih sayang pada diri perempuan tersebut kepada binatang, sehingga ia tega berbuat demikian. 

Maka hendaknya orang-orang yang suka menjadikan hewan sebagai aduan, sasaran tembak atau panah (bukan untuk berburu) dan bentuk penyiksaan lainnya untuk merenungi hadits ini, agar tidak mendapatkan hal yang sama seperti perempuan tersebut, yaitu diadzab di dalam neraka.

Tidak diragukan lagi bahwa hadits di atas menunjukkan kepada kita untuk berkasih sayang kepada sesama makhluk, termasuk kepada binatang, sampai-sampai dalam membunuh sekalipun. 

Rassulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Sesungguhnya Allah menetapkan kebaikan atas segala sesuatu, maka jika kalian membunuh, bunuhlah dengan cara yang baik, dan jika kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik. Tajamkanlah pisaunya dan senangkanlah hewan sembelihannya." (HR.Muslim 1955)

Dari banyak hadis di atas, jelaslah bahwa kasih sayang memiliki makna yang sangat luas. Sifat kasih sayang ini termasuk dalam sifat yang dicintai Allah subhanahu wa ta'ala. 

Bahkan, Allah subhanahu wa ta'ala membenci orang-orang yang tidak memiliki rasa kasih sayang di hatinya. 

Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadisnya, 

"Rasa kasih sayang tidaklah dicabut, melainkan hanya dari orang-orang yang celaka" (H.R. Ibn Hibban).

Ada sebuah kisah juga yang bisa kita ambil ibrohnya dalam sebuah hadis yang menceritakan seorang pelacur yang masuk surga sebab rahmat yang Allah berikan padanya, yang arti dalam sebuah hadis Rasulullah  tersebut ialah 

"Seorang wanita penzina telah mendapatkan ampunan. Dia melewati seekor anjing yang menjulurkan lidahnya di pinggir sumur.

Anjing ini hampir saja mati kehausan, (melihat ini) si wanita pelacur itu melepas sepatunya lalu mengikatnya dengan penutup kepalanya lalu dia mengambilkan air untuk anjing tersebut. 

Dengan sebab perbuatannya itu dia mendapatkan ampunan dari Allh Azza wa Jalla." (HR Muslim).

Hadis di atas mengingatkan kita tentang betapa luasnya rahmat Allah Subhanahu wa ta'ala kepada manusia. 

Allah subhanahu wa ta'ala  berkuasa melipat gandakan perbuatan baik hamba-Nya. Amalan yang kelihatan sederhana dibalas dengan ganjaran yang sangat istimewa.

Berbuat baik kepada anjing sekalipun, Allah menyiapkan ganjaran yang sangat besar. Bagaimana jika berbuat baik itu tertuju kepada hewan selain anjing atau kepada manusia. 

Selama keikhlasan selalu menyertai hatinya tentu balasan kebaikan seperti itu pasti jauh lebih dahsyat.

Banyak ibroh yang dapat kita ambil dari sebuah hadis tersebut bahwasanya sebagai manusia, kita tidak bisa hanya menilai orang lain dari tampilan fisik atau pekerjaannya sehari-hari. 

Biarpun buruk pekerjaan seseorang itu menurut kita, tapi ketahuilah di dalam hatinya yang paling dalam masih ada kebaikan. 

Lihat misalnya seorang perampok yang sehari-harinya melakukan pekerjaan kotor. Ketahuilah, sang perampok jika ia mempunyai anak.

Maka bisa dipastikan di hatinya yang paling dalam ia tidak ingin anaknya kelak mengikuti jejaknya menjadi perampok juga.

Dalam sepenggal kisah yang dijelaskan dalam isi hadis Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam di atas adalah tentang seorang pelacur yang semua dosa-dosanya diampuni bahkan dalam riwayat lain, ia masuk Surga 'hanya' karena membantu seekor anjing yang kehausan di padang sahara. 

Secara logika, rasanya sulit diterima. Bagaimana mungkin seseorang yang memberi minum seekor anjing yang kehausan saja bisa diampuni dosa-dosanya dan masuk Surga? 

Dilakukan oleh seorang pelacur pula yang menurut mayoritas termasuk ke dalam profesi paling hina di dunia.

Namun, Allah Ta'ala punya kehendaknya sendiri . Segala yang Dia kehendaki pasti terjadi. Setidaknya, ada beberapa pelajaran penting yang bisa dipetik dari kisah dalam hadis di atas, antara lain; 

Selalu berniat baik dan berusaha mewujudkannya. Si pelacur, walaupun pekerjaannya kotor tapi jauh di lubuk hatinya masih tersisa sifat mulia dan rasa kasih sayang.

Dengan demikian, sebagai seorang muslim kita harus mulai menjalankan ajaran Islam untuk mengasihi dan menyayangi manusia lain. 

Dengan demikian, kita bisa menjadi muslim yang lebih baik yang insyaaAllah menunjukkan ke dunia jati diri muslim sesungguhnya

Menebar Kebaikan Kepada Sesama Manusia

Ada pertanyaan seperti ini. Apakah boleh berbuat baik kepada seseorang yang berbeda keyakinannya? Jawabnya adalah Tentu saja boleh bahkan sangat dianjurkan dalam Islam. 

Berbuat baik tidak harus melazimkan adanya rasa loyal ataupun cinta. Dengan begitu kita berharap kita bisa hidup berdampingan dengan rukun saling menghormati satu sama lain, dengan tetap mengetahui batasan-batasan yang mesti tetap dijaga.

Dalam al-Qur’an Allah berfirman: 

لَّا يَنْهَىٰكُمُ ٱللَّهُ عَنِ ٱلَّذِينَ لَمْ يُقَٰتِلُوكُمْ فِى ٱلدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَٰرِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوٓا۟ إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُقْسِطِينَ

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS. Al Mumtahanah: 8)

Ayat ini mengajarkan prinsip toleransi, yaitu hendaklah setiap muslim berbuat baik pada yang lainnya selama tidak ada sangkut pautnya dengan hal agama. 

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, 

“Allah tidak melarang kalian berbuat baik kepada non muslim yang tidak memerangi kalian seperti berbuat baik kepada wanita dan orang yang lemah di antara mereka. Hendaklah berbuat baik dan adil karena Allah menyukai orang yang berbuat adil

Ibnu Jarir Ath Thobari rahimahullah mengatakan bahwa bentuk berbuat baik dan adil di sini berlaku kepada setiap agama. Lihat Tafsir Ath Thobari, 28: 81.

Tentu semua ini telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana wasiat beliau kepada Mua’dz bin Jabal Radhiyallahu ‘anhu, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
  
Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Darimi)

Beliau mengaitkan hadits di atas dengan akhlak yang baik antara manusia, yang mana kata “manusia” dalam bahasa arab menunjukkan kata yang umum, tidak terkhusus kepada orang muslim saja, atau kepada orang yang taat beribadah saja, melainkan kepada semua manusia.

Menebar Kebaikan Kepada Sesama Muslim

Seorang muslim dengan muslim lainnya boleh saja terpisah oleh sebuah jarak; berbeda pulau, negara, atau pun benua. 

Namun demikian sejatinya setiap muslim terikat dengan kalimat yang satu “Laa ilaha illlallah: tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah".

Muslim dengan muslim yang lainnya adalah saudara. Dijadikannya iman seseorang sempurna ketika ia bisa mencintai saudaranya (sesama muslim) apa-apa yang dicintai untuk dirinya sendiri.

Sebagaimana dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:  
“Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali mengatakan mengenai hadits di atas, 

“Yang dimaksud di sini adalah bahwa di antara perkara-perkara iman yang wajib adalah seorang Mukmin harus mencintai saudaranya sesama mukmin apa-apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri, dan juga membenci untuk saudaranya apa-apa yang dia benci terhadap dirinya. Jika ini hilang dari dirinya, maka imannya berkurang karena itu.” (Mukhatashar jami’ul ulum wal hikam, hal. 120)
 
Salah satu bentuk cinta dari seseorang kepada yang lainnya adalah dengan mengajak kepada kebaikan dan menjauhkannya dari keburukan. Dengan cara yang hikmah juga nasihat yang baik dan tanpa ada paksaan sedikitpun. 

Sebagian orang membenci Islam bukan karena ajarannya melainkan karena melihat orang-orang muslim yang hadir dalam hidupnya tidak membawa nilai-nilai islam.

Pun sebaliknya ada sebagian orang yang tidak ada niat sama sekali untuk mengenal Islam namun karena melihat akhlak yang mulia dari seorang muslim yang hadir dalam hidupnya maka ia akan senang dengan islam. 

Mungkin ada saudara-saudara muslim kita yang bertato umpamanya, salatnya tidak dijaga, ada juga yang tidak menutup aurat bagi perempuan. 

Maka bentuk cinta kepada mereka adalah mengajaknya dengan cara yang hikmah dan juga nasihat yang baik tanpa ada paksaan sedikitpun. Persoalan mereka mau menerima atau tidak sepenuhnya adalah urusan dan kuasa Allah.
 
Bila kita menghukumi orang lain hanya karena satu dua kebaikan yang kita bisa lakukan dan mereka belum, maka perlakuan kita sungguh kejam; dan merupakan hal yang lancang bagi kita untuk menghujat mereka. 

Coba ditelaah baik-baik: ada yang tidak beres dengan cara pikir ini. Kita beranggapan bahwa makhluk sekerdil kita, yang sungguh penuh dengan kehinaan, pantas mewakili Dzat Sang Maha Kuasa.

 “Tolak ukur ketulusan seseorang dalam menasehati seseorang terlihat dari cara bagaimana dia menyampaikan nasihat tersebut.”

Menebar kebaikan sudah jelas menjadi kewajiban bagi tiap manusia dan perlu dipelihara sejak sedini mungkin hingga tua renta. 

Dengan kebaikan, manusia bisa saling berbagi kebahagiaan dan memberi banyak manfaat baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

Namun terkadang dari kalangan manusia masih merasa ragu untuk menebar kebaikan sekalipun dalam hal kecil. 

Jika hal ini kamu alami, berikut ada enam penggalan ayat ini bisa jadi pendorong bagimu supaya terus termotivasi dalam berbuat baik.

1. Allah akan selalu mencintai orang-orang yang berbuat baik

Selain senantiasa semangat dalam menuntun ilmu serta taat beribadah, berbuat kebaikan juga menjadi hal yang sangat Allah cintai.

"Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik". (QS. Al-Baqarah: 195)

2. Orang yang berbuat baik sudah tentu dibalas dengan kebaikan pula

Hilangkan rasa ragu dalam dirimu untuk menebar kebaikan sebab Allah telah menjamin balasan berupa kebaikan juga bagi yang melakukannya.

"Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)". QS. Ar-Rahman: 60

3. Allah akan membalas kebaikan yang kamu lakukan meski sekecil apa pun

Memang gak bisa dianggap remeh, kebaikan sekecil apapun yang diumpakan sebesar biji dzarrah juga tetap mendapat balasan pahala sesuai yang dia perbuat.

Perumpamaan Biji dzarrah di sini intinya bukan menunjukkan makna benda, tetapi lebih kepada suatu hal yang dianggap sangat kecil dan remeh sesuai pemahaman manusia.

"Barangsiapa yang berbuat kebaikan (sebesar biji dzarrah), niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang berbuat kejahatan (sebesar biji dzarrah), niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula" . QS. Az-Zalzalah: 7-8

4. Allah akan melimpahkan rahmat dan kebahagiaan bagi orang yang berbuat baik

Gak perlu khawatir, Allah akan selalu melimpahkan rahmat atas kebaikan yang kamu perbuat.

"Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik". QS. Al-A'raf: 56

5. Kebaikan yang kamu perbuat akan kembali pada dirimu sendiri
Disadari atau tidak, sebenarnya apa yang kamu alami dan kamu rasakan adalah cerminan atas kebaikan yang kamu perbuat.

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri". QS. Al-Isra': 7

6. Allah menjamin akan melipatgandakan pahala atau balasan orang yang berbuat kebaikan

Dalam berbagai bentuk kebaikan, Allah juga menjamin akan melipatgandakan pahala dan balasannya seperti halnya sedekah.

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui". QS. Al-Baqarah: 261

Itulah beberapa penggalan firman Allah yang sangat menganjurkan bahkan mewajibkan kamu untuk membiasakan diri berbuat kebajikan berdasarkan kemampuanmu dan sesuai syariat Islam tanpa membedakan ras, suku maupun agama. 

Tentunya dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari yang dianggap sederhana hingga yang lebih besar nilainya.

0 Response to "Menebar Kebaikan Dimanapun Berada"

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar Dengan Bijak