Meraih Cinta Allah
“Allah Subhanallahu wa Ta‘ala mencintai akhlak yang luhur dan membenci akhlak yang rendah. Dan Allah mencintai pandangan yang tajam tatkala menghadapi syubhat. Serta Allah juga mencintai akal yang sempurna, saat berhadapan dengan syahwat.”
Sumber: Majmu’ul Fatawa (jilid: 16/hal. 317)
Pembahasan
Hadits di atas menjelaskan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala mencintai akhlak yang luhur dan membenci akhlak yang rendah.
Akhlak yang luhur adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam, yaitu akhlak yang didasarkan pada nilai-nilai tauhid, kasih sayang, dan keadilan.
Akhlak yang rendah adalah akhlak yang bertentangan dengan ajaran Islam, yaitu akhlak yang didasarkan pada nilai-nilai syirik, kebencian, dan ketidakadilan.
Allah mencintai akhlak yang luhur karena akhlak tersebut merupakan cerminan dari sifat-sifat Allah yang luhur. Allah adalah Maha Pemurah, Maha Penyayang, Maha Adil, dan Maha Bijaksana.
Akhlak yang luhur mencerminkan sifat-sifat Allah tersebut, seperti:
1. Kedermawanan, yaitu suka memberi tanpa mengharapkan balasan.
2. Kesederhanaan, yaitu tidak berlebihan dalam memenuhi kebutuhan hidup.
3 Kesabaran, yaitu tahan menghadapi cobaan dan tidak mudah marah.
4. Keadilan, yaitu memberikan hak kepada orang yang berhak.
5. Keramahan. yaitu bersikap baik dan sopan kepada orang lain.
Akhlak yang rendah, sebaliknya, merupakan cerminan dari sifat-sifat setan yang jahat. Setan adalah makhluk Allah yang terkutuk karena menentang perintah Allah. Akhlak yang rendah mencerminkan sifat-sifat setan tersebut, seperti:
1. Keserakahan, yaitu suka mengumpulkan harta benda tanpa peduli kepada orang lain.
2. Keangkuhan, yaitu merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain.
3. Kekejaman, yaitu suka menyakiti orang lain.
4. Ketidakadilan, yaitu memberikan hak kepada orang yang tidak berhak.
5. Keganasan, yaitu bersikap kasar dan bengis.
Allah juga mencintai pandangan yang tajam tatkala menghadapi syubhat. Syubhat adalah keraguan terhadap suatu perkara yang tidak jelas.
Pandangan yang tajam dalam menghadapi syubhat adalah pandangan yang mampu membedakan antara yang benar dan yang salah, antara yang baik dan yang buruk.
Pandangan yang tajam dalam menghadapi syubhat penting untuk dimiliki oleh setiap muslim. Hal ini karena dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan dengan berbagai macam syubhat.
Syubhat dapat datang dari berbagai sumber, seperti dari media massa, dari lingkungan sekitar, atau dari diri kita sendiri.
Jika kita memiliki pandangan yang tajam dalam menghadapi syubhat, maka kita akan mampu terhindar dari kesesatan. Kita akan mampu membedakan antara kebenaran dan kebatilan, antara kebaikan dan keburukan.
Allah juga mencintai akal yang sempurna, saat berhadapan dengan syahwat. Syahwat adalah keinginan yang kuat untuk memenuhi kebutuhan jasmani.
Akal yang sempurna dalam menghadapi syahwat adalah akal yang mampu mengendalikan syahwat sesuai dengan ajaran Islam.
Akal yang sempurna dalam menghadapi syahwat penting untuk dimiliki oleh setiap muslim. Hal ini karena syahwat merupakan salah satu godaan terbesar bagi manusia.
Syahwat dapat mendorong manusia untuk melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah, seperti zina, pergaulan bebas, dan korupsi.
Jika kita memiliki akal yang sempurna dalam menghadapi syahwat, maka kita akan mampu terhindar dari perbuatan dosa. Kita akan mampu mengendalikan syahwat sesuai dengan ajaran Islam.
Hadits di atas menjelaskan bahwa Allah mencintai akhlak yang luhur, pandangan yang tajam dalam menghadapi syubhat, dan akal yang sempurna dalam menghadapi syubhat. Ketiga hal tersebut merupakan ciri-ciri orang yang bertakwa.
Oleh karena itu, setiap muslim harus berusaha untuk memiliki ketiga hal tersebut. Kita harus berusaha untuk berakhlak yang luhur, memiliki pandangan yang tajam dalam menghadapi syubhat, dan memiliki akal yang sempurna dalam menghadapi syahwat. Dengan demikian, kita akan menjadi orang yang bertakwa dan dicintai oleh Allah.
0 Response to "Meraih Cinta Allah"
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar Dengan Bijak