MENCEGAH KETERGANTUNGAN HATI

MENCEGAH KETERGANTUNGAN HATI

Jalan lain untuk mencegah ketergantungan hati adalah dengan memperbanyak kesibukan yang dapat membuat hati lupa akan perbuatan-perbuatan kotor. 

Hal itu bisa menghalanginya dari kemungkinan terjerumus ke dalam perbuatan yang bertentangan dengan agama dan naluri manusia.

Jalan ini bisa ditempuh dengan menumbuhkan rasa takut yang mendalam, atau dengan mencabut angan-angan buruk itu sampai ke akar-akarnya. 

Apabila hati tak punya rasa takut (kepada Allah) maka dia dalam keadaan bahaya, bahkan lebih berbahaya daripada nafsu itu sendiri. Begitu pula dalam hal kebajikan.

Bila manusia mencintai kebajikan, ia bisa lebih bagus dan lebih bermanfaat daripada kebajikan itu sendiri.

Demikianlah jika manusia telah terperangkap dalam “rasa.” Dari uraian ini bisa dipahami betapa beratnya bila seseorang kehilangan sesuatu yang

terlanjur disukai. Karena beratnya, ia enggan berjuang untuk melepaskan diri dari syahwat, dan lebih suka berasyik-masyuk dalam syahwat itu.

Jiwa tidak akan meninggalkan sesuatu yang amat disayangi, kecuali bila ada yang lebih tinggi daripada yang dicintai itu. Maka, jiwa yang sedang mabuk amat berbahaya, lebih berbahaya daripada penyebab mabuk itu sendiri. Namun demikian, jika keduanya menghampiri manusia, sama sekali tak ada manfaatnya bagi kehidupan.

Keyakinan yang lurus dapat membedakan antara yang harus dicintai dan yang harus dibenci. Dengan kelurusannya itu, ia akan mengutamakan segala sesuatu yang paling mulia dan paling pantas dicintai, lalu merendahkan segala yang hina. 

Inilah fitrah akal. Yang tidak berakal tidak punya karakteristik sebagaimana dijelaskan di atas. Akibatnya, bahkan binatang pun lebih baik daripada dia.

Keuletan dan ketabahan akan menjadi lebih kuat bila didasari oleh keyakinan yang hakiki. Nilai ini telah dimaklumi oleh semua orang. Namun, jiwa yang lemah bisa mematikan kecondongan yang baik sehingga menanglah kecondongannya terhadap hal-hal yang hina. Manusia yang tak punya ghirah terhadap hal-hal yang mulia tidak akan mampu mengaktualisasikan dirinya pada hal-hal yang bermanfaat. 

Itu sebabnya Allah tidak mengambil seorang pemimpin agama, kecuali dari golongan orang-orang yang sabar dan yakin. Allah berfirman, “Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS.As-Sajdah: 24).

Inilah golongan manusia yang mampu mengambil manfaat dari ilmu, lalu orang lain pun mendapatkan manfaat darinya. Kebalikannya adalah golongan manusia yang tidak mendapatkan manfaat dari ilmu yang ia miliki. 

Adapun golongan yang ketiga adalah manusia yang ilmunya hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri, sedangkan orang lain tidak mendapatkan berkahnya. 

Di antara ketiga golongan tersebut, yang pertama berjalan di dalam cahaya dan orang lain mengikuti cahaya tersebut.

Yang kedua berjalan dalam kegelapan, begitu pula orang yang mengikutinya, sebab cahayanya telah padam. Adapun yang ketiga berjalan seorang diri dengan cahaya yang ia miliki.

0 Response to "MENCEGAH KETERGANTUNGAN HATI"

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar Dengan Bijak