NABI MUHAMMAD MENGHINDARI BERBANTAH-BANTAH

MENGHINDARI BERBANTAH-BANTAH

Islam melarang pemaksaan kehendak dan pemaksaan pendapat, bahkan Islam menegaskan “tidak ada paksaan dalam hal agama” (QS. 2:256) ;

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut [syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah] dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus, dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

“Mengalah” demi menghindari berbantah-bantahan yang berkepanjangan adalah sikap ksatria, jantan, sekaligus disukai Allah Subhanahu wata'ala Bahkan, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menegaskan adanya pahala yang besar : “Aku akan menjamin sebuah rumah di tepi surga bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan meskipun dia yang benar.” (HR. Abu Daud no. 4800 dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 1464).

Jadi, menghindari perbantahan itu bernilai tinggi menurut pandangan Allah karena dampak negatif dari perbantahan itu sangat meluas, bisa merusak akhlak, merusak kebaikan, juga merusak hati kita. Dampak negatif berbantah-bantahan antara lain adalah munculnya kemarahan, kekesalan, dan kebencian.

Tugas kita adalah menyampaikan kebenaran, “Sampaikan dariku walaupun satu ayat” (HR. Bukhari), 

Bukan memaksakan kebenaran itu diterima oleh orang lain. Tentu saja, kebenaran yang dimaksud adalah ajaran Islam yang bersumberkan wahyu Allah atau apa pun yang sesuai dengan ajaran Islam.

Perbedaan pendapat adalah sunnatullah, sekaligus ujian bagi kaum Muslimin dalam hal persaudaraan, kebesaran jiwa, dan sikap toleran atau menghargai pendapat orang lain. Sekali lagi, tugas kita adalah menyampaikan kebenaran, bukan memaksakannya agar diterima orang lain.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengingatkan: “Tidaklah suatu kaum tersesat setelah mendapatkan petunjuk, kecuali karena mereka suka berdebat (berbantah-bantahan)“ (HR. At-Tirmidzi). 

Iman Ahmad pun pernah berkata: “Jangan duduk dengan orang yang suka berdebat meskipun untuk membela As Sunnah sebab sesungguhnya yang demikian tidak akan berubah menuju kebaikan.”

Diantara sifat orang-orang yang powerful adalah sedikit berbicara dan menghindari perdebatan, dan itu bukan karena lemah atau bodoh, tetapi justru karena keilmuannya.

Dale Carnegie dengan tegas menyatakan bahwa Anda tidak akan pernah bisa menang dalam sebuah perdebatan, karena seseorang yang diyakinkan untuk menentang kehendaknya sendiri akan tetap memegang pendapatnya sendiri. Tidak ada pilihan bagi kita dalam perdebatan kecuali menghindarinya, dan itu diajarkan oleh Rasulullah Shalallahu A'laihi Wa Sallam. 

Jauh lebih banyak kemudharatan yang ditimbulkan oleh perdebatan dibanding manfaatnya.

Diriwayatkan dari Abu Umamah radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah Shalallahu A'laihi Wa Sallam bersabda,

“Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapat petunjuk kecuali karena mereka gemar berdebat. Kemudian Rasulullah shalallahu a'laihi wasallam membacakan ayat, “Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.” (Az-Zukhruf: 58).” (Hasan, HR Tirmidzi [3253], Ibnu Majah [48], Ahmad [V/252-256], dan Hakim [II/447-448]).

Kerap dijumpai di tengah masyarakat, peristiwa yang berakhir saling bunuh atau saling membinasakan. Jika ditelisik lebih jauh, kejadian tersebut bermula dari cekcok dan salah paham. 

Di dunia maya, berkutat di forum dan grup yang isinya debat akan menghilangkan kelembutan jiwa. Juga, akan mengotori pikiran kita dengan kedengkian, mengotori lisan kita dengan makian, mengotori perbuatan kita dengan tindak diskriminasi dan intoleransi.

Jauhilah forum dan grup yang berisi debat karena tak ada secuilpun manfaat yang kita dapat. Lawan debat tak akan insyaf sementara energi terkuras untuk berbantahan. Bahkan tak mustahil akan membuat kita frustasi atau merasa hidup dalam bayang-bayang permusuhan, padahalsemua bermula hanya di dunia maya.

Perdebatan di dunia nyata juga terkadang tak kalah sengitnya. Tak jarang perbedaan pandangan tentang suatu hal menjadi pemicu dan pencetus terjadinya perdebatan panjang. Malah tak sedikit pula akibat kata-kata yang tak tak terjaga membuahkan ketersinggungan, kemarahan dan kebencian. Boleh jadi kemudian menjadi permusuhan hingga tindakan-tindakan kriminal lainnya. 

Bahkan bagi orang yang berilmu sekalipun, perdebatan dapat menyebabkan jatuhnya harga diri. Baik karena argumen yang terkalahkan maupun karena kesia-siaan yang dihasilkan dari debat tersebut. 

Tak heran, jika imam Malik rahimahullah ta’ala berkata:

“berdebat adalah menghilangkan cahaya ilmu dan mengeraskan hati, serta menyebabkan permusuhan.” (Ibnu rajab, Fadhlu ilmu salaf: 35).

Sahabatku, banyak diantara kita terjebak dalam ego yang liar tak terkendali. Akibatnya keinginan menyampaikan kebenaran tumbuh secara membabi buta hingga mengalahkan kebenaran itu sendiri. 

Saksikanlah di forum debat, bagaimana seseorang yang menyampaikan kebenaran keyakinannya dengan memaki dan mencaci apa yang diyakini oleh orang lain.

Saya tak mengatakan bahwa semua debat adalah buruk, namun perlu diketahui pula bahwa tak setiap kita layak untuk menjadi juru debat.

Debat yang kebanyakan dilakukan oleh orang awam dan kebanyakan orang berilmu yang buruk akhlak adalah debat yang misinya untuk menjatuhkan, bukan menyadarkan.

Padahal semestinya komunikasi yang baik dan efektif adalah dengan saling menyampaikan buah pikiran masing-masing, lalu masing-masing pula memikirkan argumen yang disampaikan lawan bicara. Silahkan masing-masing menimbang argumen lawan bicara tanpa ada tindakan memaksa, mengintimidasi dan menjatuhkan. 

Perdebatan dengan cara saling menjatuhkan, menistakan, dan menghinakan hanya akan mengantar kita ke jurang permusuhan.

Konflik tak terhindarkan di hidup ini. Jika anda mau menghindari konflik anda harus mengisolasikan diri dari peradaban manusia, itu pun saya tidak akan jamin kalau Anda bisa menghindari yang namanya konflik.

Di film Castaway, Tom Hanks yang terdampar di pulau tak berpenghuni pun bisa konflik dengan sebuah bola voli. Jika melibatkan dua pihak, hampir bisa dipastikan terjadi debat di dalam sebuah konflik.

Jikapun kita terpaksa berdebat, maka debat yang kita lakukan untuk menyampaikan kebenaran selayaknya dilakukan dengan menarik simpati lawan debat. Jika bersimpati pada kita saja tidak, bagaimana mungkin ia mengikuti pendapat dan keyakinan kita?

Nah, jika kita merasa masih belum mampu menyampaikan argumen dengan cara yang baik dan menarik hati lawan debat, alangkah baiknya segala bentuk perdebatan ditinggalkan. Sebagaimana yang dikatakan hasan Al Bashri tatkala ia menyaksikan orang saling berdebat: “mereka adalah kaum yang malas beribadah dan suka berbicara serta tidak memiliki warak makanya mereka suka ngobrol” . (Ibnu rajab, Fadhlu ilmu salaf: 36).

0 Response to "NABI MUHAMMAD MENGHINDARI BERBANTAH-BANTAH"

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar Dengan Bijak