KELUARGA BAHAGIA

KELUARGA BAHAGIA
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wassallam, keluarga, dan para sahabatnya, serta pengikutnya yang selalu setia dan Istiqomah.
Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat. Biasanya terdiri dari ibu, bapak, dengan anak-anaknya atau bisa disebut dengan orang seisi rumah yang menjadi tanggungannya (keluarga kecil). 

Keluarga batih biasanya disebut keluarga inti, yaitu keluarga yang terdiri atas suami, istri (suami atau istri) dan anak.  

Keluarga dalam dalam bahasa Arab dipergunakan al-usroh. Al-usrah dalam Mu’jam al Wasit. 

Secara etimologis berarti ikatan (al-qayyid), dikatakan asarahu wa isaran artinya menjadikannya sebagai tawanan.

Al-asru maknanya mengikat dengan tali, kemudian meluas menjadi segala sesuatu yang diikat, baik dengan tali lainnya. 

Terkadang ikatan ini bersifat alami yang tidak bisa diputuskan seperti dalam penciptaan manusia. Ikatan juga ada yang bersifat paksaan dan ada yang dibuat oleh manusia seperti penawanan musuh di medan perang. 

Ada pula ikatan yang bersifat pilihan yang dipilih oleh manusia untuk dirinya, dan bahkan diusahakannya, sebab tanpa ikatan tersebut dirinya dapat terancam.

Pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa keluarga tersebut atas dasar ikatan. Meski demikian ikatan ini bersifat ikhtiari (pilihan). Sehingga bukan dipaksakan baik dirinya sendiri maupun orang lain. 

Oleh karena itu, perkawinan adalah sebuah ikatan lahir maupun batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia atas dasar saling rela. 

Unsur-unsur Keluarga

Unsur-unsur keluarga bisa berbeda-beda jika dilihat dari berbagai perspektif dan berbagai pendapat, hal ini akan tergantung dari perspektif masyarakat mana yang memandang.

Istilah yang lebih komprehensif keluarga itu mencakup kakek-nenek, paman-bibi, dan sepupu dari dua belah pihak ikatan pernikahan. 

Dalam arti luasnya, keluarga dapat dipandang sebagai unit yang bahkan lebih besar, yang sama dengan umat, atau keluarga mukmin. Oleh karena itu, unsur keluarga jika dijabarkan meliputi:

  1. Ayah/ bapak sebagai pemimpin seluruh keluarga
  2. Ibu, sebagai istri ayah, yang bertanggung jawab mengurus segala urusan keluarga terutama pendidikan dan ekonomi keluarga. Ibu juga bertugas sebagai sekretaris, bendahara sekaligus juga sebagai pelaksana operasional.
  3. Anak-anak, sebagai anggota keluarga (baik laki-laki maupun perempuan, baik anak kandung maupun angkat/ tiri).
  4. Saudara (baik saudara ayah maupun saudara ibu, yang meliputi kakek, nenek, paman, kakak, adik dan lain-lain) dengan catatan tinggal dalam satu rumah.
  5. Saudara lain yang tinggal serumah dan dianggap sebagai keluarga (biasanya dimasukkan dalam daftar kartu keluarga/ KK)

Ciri-Ciri Keluarga Sakinah

Ciri keluarga sakinah sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an surat Ar-Rum 21 yaitu mengandung tiga unsur yang menjadi bangunan kehidupan sebagai tujuan perkawinan dalam Islam.

  1. Litaskunu ilaiha yang berarti sakinah, ketenangan dan ketenteraman, saling cinta dan kasih sayang, supaya suami senang dan tenteram. Kewajiban istri berusaha menenangkan suami.
  2. Mawaddah atau saling mencintai. Cinta bersifat subjektif yaitu untuk kepentingan orang yang mencintai.
  3. Rahmat yaitu kasih sayang yang bersifat objektif, yaitu sayang yang menjadi landasan bagi cinta. Cinta semakin lama makin kuat dan mantap. 

Cinta hanya mampu bertahan pada saat perkawinan masih baru dan muda, sedangkan kasih sayang yang mendominan cinta.

Selain ciri yang termaktub di dalam al-Qur’an yang disebut keluarga sakinah apabila telah memenuhi kriteria antara lain: 

Kehidupan keberagaman dalam keluarga, dari segi keimanannya kepada Allah murni (tidak melakukan kemusyrikan), taat kepada ajaran Allah, taat kepada Allah dan Rasulullah. 

Cinta kepada Rasulullah dengan mengamalkan misi dan memperdalam maknanya, mengimani yang gaib, hari pembalasan serta mengimani qadha dan qadar. Sehingga ia berupaya untuk menciptakan yang terbaik, sabar dan tawakal menerima qadar Allah.

Ciri lain mengenai keluarga sakinah adalah:

  1. Kehidupan beragama dalam keluarga.
  2. Mempunyai waktu untuk bersama.
  3. Mempunyai pola komunikasi yang baikbagi sesame anggota keluarga.
  4. Saling menghargai satu dengan yang lain.
  5. Masing-masing merasa terikat dalam ikatan keluarga sebagai kelompok.
  6. Bila terjadi suatu masalah dalam keluarga mampu menyelesaikan secara positif dan konstruktif.

Penyakit yang dapat Menghambat Sakinah dalam Keluarga

Sudah menjadi sunnatullah dalam kehidupan, segala sesuatu mengandung unsur positif dan negatif. Dalam membangun keluarga sakinah juga ada faktor yang mendukung ada faktor yang menjadi kendala. 

Faktor-faktor yang menjadi kendala atau penyakit yang menghambat tumbuhnya sakinah dalam keluarga adalah:

1. Akidah yang keliru atau sesat

Misalnya mempercayai kekuatan dukun, magic dan sebangsanya. Bimbingan dukun dan sebangsanya bukan saja membuat langkah hidup tidak rasional, tetapi juga bisa menyesatkan pada bencana yang fatal.

2. Makanan yang tidak halalan thayyiba. 

Menurut hadis Nabi, sepotong daging dalam tubuh manusia yang berasal dari makanan haram, cenderung mendorong pada perbuatan yang haram juga (qith’atul lahmi min al haramahaqqu ila an nar). Semakna dengan makanan, juga rumah, mobil, pakaian dan lain-lainnya.

3. Kemewahan. 

Menurut al-Qur’an, kehancuran suatu bangsa dimulai dengan kecenderungan hidup mewah, firman Allah QS Al-Isra’ 16:

وَإِذَآ أَرَدْنَآ أَن نُّهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا۟ فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا ٱلْقَوْلُ فَدَمَّرْنَٰهَا تَدْمِيرًا

Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.

Sebaliknya kesederhanaan akan menjadi benteng kebenaran. Keluarga yang memiliki pola hidup mewah terjerumus pada keserakahan dan perilaku menyimpang yang ujungnya menghancurkan keindahan hidup berkeluarga.

4. Pergaulan yang tidak terjaga kesopanannya (dapat mendatangkan WIL dan PIL)

Oleh karena itu suami atau istri harus menjauhi “berduaan” dengan yang bukan muhrim, sebab meskipun pada mulanya tidak ada maksud apa-apa atau bahkan bermaksud baik, tetapi suasana psikologis “berduaan” akan dapat menggiring pada perselingkuhan.

5. Kebodohan. 

Kebodohan ada yang bersifat matematis, logis dan ada juga kebodohan sosial. Pertimbangan hidup tidak selamanya matematis dan logis, tetapi juga ada pertimbangan logika sosial dan matematika sosial.

6. Akhlak yang rendah. 

Akhlak adalah keadaan batin yang menjadi penggerak tingkah laku. Orang yang kualitas batinnya rendah mudah terjerumus pada perilaku rendah yang sangat merugikan.

7. Jauh dari agama. 

Agama adalah tuntutan hidup. Orang yang mematuhi agama meski tidak pandai, dijamin perjalanan hidupnya tidak menyimpang terlalu jauh dari rel kebenaran. 

Orang yang jauh dari agama mudah tertipu oleh sesuatu yang seakan-akan “menjanjikan” padahal palsu. 

Keluarga Sakinah pada Masyarakat Modern

Problem paling berat membangun keluarga sakinah di tengah masyarakat modern adalah dalam menghadapi penyakit “manusia modern”. 

Pada zaman Nabi, peperangan lebih bersifat fisik, tetapi pada zaman modern, musuh justru menyelusup ke rumah tangga melalui media komunikasi. 

Anak-anak sejak kecil tanpa disadari telah dijejali dengan pemandangan dan pengalaman yang merusak melalui media komunikasi, sehingga pendidikan keluarga menjadi tidak efektif.

Menurut sebuah penelitian yang dikutip DR. Zakiah Daradjat, perilaku manusia itu 83% dipengaruhi oleh apa saja yang dilihat, 11% oleh apa yang didengar dan 6% sisanya oleh berbagai stimulus campuran. 

Dalam perspektif ini maka nasehat orang tua hanya memiliki tingkat efektifitas tinggi.

Ada tiga lingkaran lingkungan yang membentuk karakter manusia; 

  1. keluarga, 
  2. sekolah dan
  3.  masyarakat.

Meski ketiganya saling mempengaruhi, tetapi pendidikan keluarga paling dominan pengaruhnya. 

Jika suatu rumah tangga berhasil mambangun keluarga sakinah, maka peran sekolah dan masyarakat menjadi pelengkap.

Jika tidak maka sekolah kurang efektif, dan lingkungan sosial akan sangat dominan dalam mewarnai keluarga. 

Pada masyarakat modern, pengaruh lingkungan sangat kuat, karena ia bukan sajaberada di luar rumah tetapi menyelusup ke dalam setiap rumah tangga, sehingga menimbulkan penyakit tersendiri, yakni penyakit manusia modern. 

Fungsi Keluarga Sakinah

Keluarga sakinah memiliki beberapa fungsi, yakni;

1. Fungsi Individual, diantaranya;

a. Meningkatkan derajat kemanusiaan dan ibadah 

Keluarga dibentuk melalui pernikahan, keluarga muslim bermula dari akad perkawinan. Perkawinan merupakan pernyataan asasi pembentukan keluarga. 

Tidak ada keluarga dalam Islam sebelum akad pernikahan. Keluarga berfungsi sebagai sarana meningkatkan derajat kemanusiaan. Untuk memelihara diri secara individual terhadap perbuatan keji dan mungkar.

b. Memperoleh ketenangan dan ketenteraman jiwa.

ومن آياته أن خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا إليها وجعل بينكم مودة ورحمة إن في ذلك لآيات لقوم يتفكرون

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, kandang kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS ar-Rum:21)

c. Meneruskan keturunan.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS an-Nisa’:1)

2. Fungsi Sosial

Keluarga adalah jiwa masyarakat dan tulang punggungnya. Kesejahteraan lahir batin yang dinikmati oleh suatu bangsa, atau sebaliknya, kebodohan dan keterbelakangan, adalah cerminan dari keluarga-keluarga yang hidup pada masyarakat bangsa tersebut. 

3. Fungsi Pendidikan

Di dalam al-Quran terdapat beberapa ayat yang berkaitan erat dengan keluarga yang memiliki fungsi pendidikan, yaitu:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ 

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)

وَلْيَخْشَ ٱلَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا۟ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَٰفًا خَافُوا۟ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْيَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (An-Nisa: 9)

Pada ayat pertama, perintah terhadap orang beriman untuk dapat melakukan self education dan melakukan pendidikan terhadap anggotakeluarganya untuk mentaati perintah Allah. 

Ayat ini lebih menekankan pada pentingnya pendidikan nilai dan akhlak. Sedangkan ayat kedua, merupakan peringatan kepada orangtua agar selalu waspada untuk tidak meninggalkan keturunan yang lemah, terutama lemah secara ekonomi. 

Artinya generasi muda islam harus dibekali denga kecapakan, keterampilan melalui pendidikan sehingga mereka kelak menjadi manusia yang berkualitas tinggi. 

Pernikahan sangat dianjurkan Allah Subhanahu wata'ala, dalam beberapa ayat disebutkan keutamaan menikah oleh karenanya pernikahan merupakan ibadah, kecintaan kita pada istri atau suami dapat mendorong kita untuk membimbingnya pada kebaikan yang menghadirkan kecintaan Allah pada keluarga kita. 

Adakah cinta yang lebih patut kita harapkan dari cintanya Sang Maha Pencinta?. Nabi Muhammad sholallahu 'alaihi wassallam juga menganjurkan kita dalam banyak hadits agar menikah dan melahirkan anak. Beliau menganjurkan kita mengenai hal itu dan melarang kita hidup membujang, karena perbuatan ini menyelisihi Sunnahnya.

Demikian Dalam membangun kelurga yang bahagia dalam sebuah rumah yang memberikan rasa ketenangan dan kenyamanan. Semoga bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan kita. Terimakasih atas kunjungannya.

0 Response to "KELUARGA BAHAGIA"

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar Dengan Bijak