Kufur vs Syukur
Kufur vs Syukur
Makna kafir yang sering dirujuk orang lain adalah seperti yang disebut di dalam QS Luqman [31] ayat 12:
“Dan barang siapa bersyukur, sesungguhnya ia bersyukur kepada dirinya sendiri, dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji.”
Dari ayat ini, kufur itu berarti mengingkari semua nikmat yang sudah diberikan oleh Allah Subhanahu wata'ala Mengingkari di sini bukan hanya tidak mengakui, tetapi juga tidak mau memanfaatkan nikmatnya secara baik dan tepat.
Nikmat Allah itu kan sangat banyak.
Bahkan saking banyaknya, kita mustahil bisa menghitungnya. Lihat saja, jumlah anggota tubuh yang ada di dalam diri kita, dari yang besar dan jelas sampai yang kecil sekali dan tidak terdeteksi oleh mata. Tidak terhitung dan banyak yang tidak terlihat.
Kita pasti kesulitan dalam menghitungnya. Belum lagi fungsi semua anggota tubuh kita yang normal dan baik. Lalu kita melihat ke luar diri kita, maka nikmat Allah semakin besar dan banyak.
Mulai dari udara, angin, hewan, tumbuhan dan benda-benda lainnya. Kata Allah, itu semua disediakan untuk manusia. Nah jika kita tidak mengakui semua nikmat itu, maka kita termasuk orang yang kufur nikmat.
Toshihiko Izutsu, seorang sarjana dari Jepang, telah mengkaji konsep “kafir” dalam al-Qur’an, seperti ditulis di dalam karyanya yang sangat terkenal, Ethico-Religious Concepts in the Qur’an.
Dia berusaha memahami kata “kufr” dikaitkan dengan kata-kata kunci lainnya, seperti “fisq” (fasik), “zulm” (zalim), “israf” (berlebihan), “nifaq” (munafik), dan “iman”.
Nah dari hasil kajiannya dia menyimpulan bahwa “kufr” itu merupakan antitesa dari syukur, bukan iman.
Jadi, orang yang tidak mau bersyukur, sekalipun Muslim, berarti sebenarnya dia telah kufur.
0 Response to "Kufur vs Syukur"
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar Dengan Bijak