Pemuda Yang Membuat Allah Kagum

Bismillâhirrahmânirrahîm. Puji dan syukur kepada Allah subhânahu wata’âla, Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Menganugerahkan pengetahuan kepada makhlukNya, 

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam yang tidak akan pernah habis teladan terpancar dari diri Beliau sampai akhir masa.

Allah Kagum Terhadab pemuda yang tidak memiliki shobwah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَعْجَبُ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَة

“Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memliki shabwah.” (HR. Ahmad (2/263), ath-Thabrani dalam “al-Mu’jamul kabir.” (17/309) dll, dinyatakan shahih dengan berbagai jalurnya oleh syaikh al-Albani dalam “ash-Shahiihah” No. 2843).

Shabwah Artinya: pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya, dengan dia membiasakan dirinya melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan. (Lihat kitab “Faidhul Qadiir” 2/263).

Sobat, yang sedang membaca ini, semoga Allah menjadikanmu termasuk pemuda yang dikagumi-Nya. Bukankah itu tujuan Sobat datang ke laman ini?

Sobat semua, jelas tidak seperti pemuda kebanyakan yang sibuk memperelok rupa dan penampilan demi dikagumi oleh pasangan. 

Untuk itu, saya ingin mengatakan bahwa saya kagum. Pemuda yang lebih memilih untuk membuat kagum Rabbnya.

Pemuda seperti apa itu?

Shabwah adalah kecondongan untuk menyimpang dari kebenaran yang timbul dari hawa nafsu. Sedangkan hawa nafsu itu memuncak di usia muda.

Dorongan hawa nafsu yang semakin kuat membuat pemuda berpotensi tinggi untuk mengikutinya. 

Adapun pemuda yang mampu mengendalikannya, itulah golongan yang Allah kagumi.

Tapi mengendalikan hawa nafsu tidaklah mudah. Kalau mudah, untuk apa Allah kagum?

Saking sulitnya, Rasulullah menyebutnya sebagai pertempuran dan membuat perbandingan tingkat kesulitannya sebagai berikut:

“Kalian semua pulang dari pertempuran kecil dan bakal menghadapi pertempuran yang lebih besar. Lalu bertanya kepada Rasulullah ﷺ, Apakah pertempuran akbar itu, wahai Rasulullah? Rasul menjawab, 'jihad (memerangi) hawa nafsu'.”

Hadits ini disampaikan sepulang dari Perang Badar. Perang Badar yang menghadapi musuh dengan jumlah lebih besar, menguras tenaga, bertumpah darah dan mempertaruhkan nyawa, adalah pertempuran kecil jika dibandingkan dengan pertempuran melawan hawa nafsu.

Perang yang kita hadapi setiap hari dan setiap waktu.Mengapa jihad yang satu ini dikatakan lebih besar? Karena musuh yang kita hadapi ada di dalam diri kita sendiri dan kita tidak bisa 'membunuh'nya.

Kenali musuh kita. Kenali dahulu, kendalikan kemudian. Untuk memukul musuh kita harus tahu kelemahannya. Hanya dengan begitu, kita bisa mengatur strategi untuk mengalahkannya.

Dalam Futuhat Al-Makkiyah karya Muhyiddin ibn Arabi, diceritakan bahwa ketika pertama kali menciptakan nafsu, Allah bertanya, “Siapa Aku?”

Nafsu membangkang dan malah balik bertanya, “Siapa pula aku ini?” Allah ﷻ murka, kemudian memasukkan nafsu dalam lautan lapar sampai seribu tahun. Kemudian dientas dan ditanya lagi, “Siapa Aku?”

Setelah dihajar dengan lapar barulah nafsu mengakui siapa dirinya dan Tuhannya. “Engkau adalah Tuhanku Yang Maha Agung, dan aku hamba-Mu yang lemah.”

Lapar. Itulah kelemahan hawa nafsu. Sebaliknya, makan menaikkan syahwat, menjadikan dorongannya semakin kuat. Itulah mengapa pemuda yang belum menikah dianjurkan untuk berpuasa. Dan itulah mengapa, berpuasa dapat membuat pelakunya meraih gelar takwa.

Senjata kedua yang kita perlukan untuk menjadi pemuda yang dikagumi Allah adalah shalat malam. Rasulullah ﷺ merindukan:

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ ، فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ ، وهُوَ قُرْب َةٌ إِلَى رَبِّكُمْ ، وَمَكْفَرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ ، وَمَنْهَاةٌ لِلإِثْمِ

“Laksanakanlah qiyamul lail (shalat malam) karena ia merupakan kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian, mendekatkan kepada Rabb kalian, menghapus dosa-dosa kalian, dan menjauhkan kalian dari melakukan dosa.” (HR at-Tirmidzi)

Puasa dan shalat malam adalah bentuk ikhtiar yang akan gagal jika tidak dilengkapi senjata pamungkas yaitu doa.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الأَخْلاَقِ ، وَالأَعْمَالِ ، وَالأَهْوَاء ِ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari akhlak, amal, dan hawa nafsu yang jelek).” (HR. Tirmidzi)

Dengan ketiga senjata tersebut, semoga kita termasuk pemuda yang Allah kagumi. 

Dengan ketiga senjata tersebut, semoga pertempuran besar ini kita menangkan setiap hari.

0 Response to "Pemuda Yang Membuat Allah Kagum"

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar Dengan Bijak