Istilah Sejarah

Bismillâhirrahmânirrahîm. Puji dan syukur kepada Allah subhânahu wata’âla, Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Menganugerahkan pengetahuan kepada makhlukNya

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam yang tidak akan pernah habis teladan terpancar dari diri Beliau sampai akhir masa.

Istilah sejarah dalam bahasa arab dikenal dengan tarikh, dari akar kata "arrakha" (a-r-kh), yang berarti menulis atau mencatat; dan catatan tentang waktu serta peristiwa. 

Akan tetapi, istilah tersebut tidak serta merta hanya berasal dari kata ini. 

Ada juga yang berpendapat bahwa istilah sejarah itu berasal dari istilah bahasa Arab "syajarah", yang berarti pohon atau silsilah. 

Makna silsilah ini lebih tertuju pada makna padanan tarikh tadi; termasuk kemudian dengan padanan pengertian babad, mitos, legenda dan seterusnya. Syajara berarti terjadi, 

syajarah an-nasab berarti pohon silsilah.

Sejarah adalah sebuah ilmu yang menelusuri dan menempatkan peristiwa dalam waktu maupun ruang mengenai perkembangan manusia.

Sir Charles Firth

Sejarah merekam kehidupan manusia, perubahan yang terus-menerus, merekam ide-ide, dan merekam kondisi-kondisi material yang telah membantu atau merintangi perkembangannya.

John Tosh

Sejarah adalah memori kolektif maupun pengalaman melalui pengembangan suatu rasa identitas sosial manusia dan prospek manusia tersebut pada masa yang akan datang.

Muthahhari

Dia berpendapat bahwa ada tiga cara mendefinisikan sejarah, yaitu:

Tarikh naqli (sejarah tradisional) adalah pengetahuan tentang kejadian, peristiwa, dan keadaan pada masa lalu yang berkaitan dengan masa kini.

Tarikh ilmy (sejarah ilmiah) adalah pengetahuan tentang hukum yang menguasai kehidupan masa lalu melalui pendekatan dan analisis atas peristiwa masa lalu.

Tarikh falsafati (filsafat sejarah) adalah pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara bertahap.

Sidi Gazalba

Sejarah sebagai masa lalu manusia dan seputarnya yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta dengan tafsiran yang memberi pengertian dan kepemahaman tentang sesuatu yang berlaku.

Sartono Kartodirjo

Sejarah adalah gambaran masa lalu manusia dan lingkungan sekitarnya sebagai makhluk sosial, yang disusun secara ilmiah dan lengkap. Sejarah di dalamnya meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberikan pengertian pemahaman tentang sesuatu yang telah berlalu.

Sejarah Itu Fakta

Perlu Anda ketahui jika perbedaan pokok antara sejarah dengan karya fiksi adalah penyuguhannya. 

Sejarah menyuguhkan fakta, sedangkan karya fiksi menyuguhkan imajinasi, khayalan, dan fantasi. 

Adapun terhadap kronik, hikayat, syair, dan babad yang kebanyakan ditulis jauh sesudah kejadian, harus diterapkan prosedur standar dari kritik sejarah.

Demikianlah, misalnya, buku Sejarah Melayu, Hikayat Raja-Raja Pasai, Syair Perang Mengkasar, dan Babad Tanah Jawi. 

Bagi para sejarawan, tidak ada satu pun sumber sejarah yang luput dari kritik sejarah.

Sejarah Itu Diakronis, Ideografis, dan Unik

Sejarah itu diakronis, sedangkan ilmu sosial itu sinkronis. 

Artinya, sejarah itu memanjang dalam waktu, sedangkan ilmu sosial meluas dalam ruang. 

Sejarah akan membicarakan mengenai satu tempat dari waktu A sampai dengan waktu B.

Sejarah berusaha melihat segala sesuatu dari rentang waktu. 

Artinya, melihat perubahan, kesinambungan, ketertinggalan, dan loncatan-loncatan. 

Sementara itu, ilmu sosial bersifat sinkronis, artinya meluas dalam ruang. 

Ruangannya luas, tetapi waktunya pendek. Ibarat meneliti sebuah pohon, ilmu-ilmu sinkronis tertarik untuk membicarakan struktur yang membentuknya.

Sejarah juga diakronis, artinya melukiskan (menggambarkan, memaparkan, menceritakan) saja. 

Ilmu sosial itu nomotetis (bahasa Yunani) yang berarti hukum. Artinya, berusaha mengemukakan hukum-hukum. Misalnya, sama-sama menulis mengenai revolusi.

Sejarah dianggap berhasil apabila dapat melukiskan sebuah revolusi secara mendetail sampai hal-hal kecil. 

Sebaliknya, ilmu sosial akan menyelidiki revolusi-revolusi dan berusaha mencari hukum-hukum yang umum berlaku dalam semua revolusi.

Inilah yang menyebabkan sejarah itu bersifat unik, sedangkan ilmu sosial itu generik. 

Penelitian sejarah akan mencari hal-hal yang unik dan khas berlaku hanya kepada sesuatu dalam suatu waktu. 

Untuk itulah, sejarah juga disebut sebagai ilmu yang ideografis.

Topik-topik sejarah, misalnya Revolusi di Indonesia, Revolusi di Prancis, dan Revolusi di Tiongkok tidak terjadi di tempat lain dan hanya terjadi sekali pada waktu itu juga. 

Adapun topik-topik ilmu sosial, misalnya Sosiologi Revolusi, Sosiologi Masyarakat Desa, dan Sosiologi Daerah Perkotaan akan membicarakan hukum-hukum umum yang berlaku dalam semua revolusi.

Jika diakronis dan sinkronis telah bergabung, sejarah nantinya akan menjadi teori sosial. 

Sementara itu, unsur-unsur ideografis dan unik masih tetap. Pendekatan sejarah dalam ilmu-ilmu sosial di sisi lain selalu ada, seperti halnya dalam penelitian politik, sosial, dan ekonomi. 

Selebihnya, ada kecenderungan sejarah naratif, sehingga mirip dengan novel.

Penjelasan sejarah secara naratif saja, ternyata hanya mampu menjawab pertanyaan yang sifatnya permulaan dan tidak mampu memberikan jawaban atas pertanyaan lanjutan yang lebih komprehensif.

Sejarah analisis dianggap mampu menjawab kelemahan dari sejarah naratif. Untuk sampai kepada sejarah analisis, kehadiran teori dan konsep merupakan sebuah keharusan. Dalam rangka penulisan sejarah analisis inilah diperlukan suatu metode dan metodologi.

Alur Metodologi Sejarah

Sebagai sebuah prosedur, metode mengajukan beberapa prasyarat sebagai berikut ini.

Heuristik

Berasal dari bahasa Yunani heuristiken yang berarti menemukan atau mengumpulkan sumber. 

Dalam kaitan dengan sejarah tentulah yang dimaksud sumber adalah sumber sejarah yang tersebar berupa catatan, kesaksian, dan fakta-fakta lain yang dapat memberikan penggambaran tentang sebuah peristiwa yang menyangkut kehidupan manusia. 

Hal ini bisa dikategorikan sebagai sumber sejarah.

Bahan-bahan sebagai sumber sejarah kemudian dijadikan alat, bukan tujuan. 

Dengan kata lain, seseorang harus mempunyai data lebih dahulu untuk menulis sejarah. 

Kajian tentang sumber-sumber adalah suatu ilmu tersendiri yang disebut heuristik.

Penulisan sejarah tidak mungkin dapat dilakukan tanpa tersedianya sumber sejarah. 

Sumber-sumber sejarah dibedakan menjadi empat kategori, yaitu:

  1. Sumber kebendaan atau material (material sources), yaitu sumber sejarah berupa benda yang dapat dilihat secara fisik. Sumber ini dapat dibedakan menjadi sumber tertulis (record), seperti dokumen, arsip, surat, catatan harian, foto, dan file.
  2. Sumber fisik berupa benda (remains) berupa artefak seperti keramik, alat rumah tangga, senjata, alat pertanian atau berburu, lukisan, dan perhiasan. Lokasi artefak-artefak itu berada sesuai fungsinya disebut dengan situs;
  3. Sumber non-kebendaan atau immaterial (immaterial sources), yaitu berupa tradisi, agama, kepercayaan, dan lain sebagainya;
  4. Sumber lisan, yaitu berupa kesaksian, hikayat, tembang, kidung, dan sebagainya.

Kritik Sumber

Sumber-sumber yang telah dikumpulkan tersebut kemudian diverifikasi atau diuji melalui serangkaian kritik, baik yang bersifat ekstern maupun intern.

Interpretasi

Setelah fakta disusun, kemudian dilakukan interpretasi. Interpretasi sangat esensial dan krusial dalam metodologi sejarah.

Historiografi

Historiografi merupakan tahap akhir dalampenelitian sejarah. Pada tahap inilah, penulisan sejarah menjadi kesadaran penulis sejarah dalam masanya.

0 Response to "Istilah Sejarah"

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar Dengan Bijak