Perbedaan Sufi dan Filsuf

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga, dan para sahabatnya, serta pengikutnya yang selalu dirahmati dan Istiqomah.

Pengertian Filosuf

Filosuf atau Filosof biasa disebut dengan filsafat adalah Seorang pemikir atau seseorang yang ahli dalam memainkan fakta mental serta logika dengan cara berfikir. Seorang yang selalu ingin tahu asal usul segala hal di alam semesta ini. 

Pertanyaan yang selalu mengganggu pikirannya adalah dari mana semua ini ada, mengapa ia ada dan akan kemana semua yang ada ini serta siapa yang mengadakannya? Ia mencarinya dengan kekuatan akalnya. Kebenaran adalah apa yang ditemukan oleh akalnya.

Filsafat merupakan suatu pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. 

Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. 

Filsafat mengambil peran penting karena dalam filsafat kita bisa menjumpai pandangan-pandangan tentang apa saja (kompleksitas,mendiskusikan dan menguji kesahihan dan akuntabilitas pemikiran serta gagasan-gagasan yang bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan intelektual).

Selanjutnya batasan filsafat dapat ditinjau dari dua segi yaitu secara etimologi dan secara terminologi. Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia-philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. 

Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat. Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya.

Contoh tokohnya adalah Socrates, Platon dan Aristoteles, Al-Kindi, Al Farabi, Ibn Sina, Abu Bakar al-Razi, Suhrowardi dan lain sebagainya

PENGERTIAN SUFI

Pengertian Sufi

Sufi adalah Seorang spiritual yang mencari semuanya itu melalui intuisi, rasa, hati. Dia merasa bahwa ada yang mengadakan semua ini. Keberadaannya tidak bisa didekati dengan akal, tetapi dengan kalbu/hati, dzauq (rasa). 

Caranya dengan melakukan latihan ruhani, membersihkan hati dari sifat-sifat yang buruk (takhalli,) dan memenuhinya dengan sifat-sifat yang baik (tahalli). Jika ini sudah dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka Tuhan akan tersingkap di depan mata hatinya (Tajalli). Maka dia akan melihat-Nya. 

Kata sufi ini mempunyai banyak pengertian salah satunya ialah bahwa suf (صوف) berasal dari madli dan mudlari’ صاف يصوف  yang mempunyai arti tenunan dari bulu domba (wol), merujuk pada jubah yang dikenakan oleh orang muslim yang bergaya hidup sederhana. 

Namun, tidak semua orang sufi memakai jubah atau pakaian dari wol. Sebagian ulama berpendapat bahwa kata sufi berasal dari madli dan mudlari’صفا يصفو  yang mempunyai arti jirnih, bersih. Hal ini menaruh penekanan pada memurnian hati dan jiwa. 

Dapat diambil kesimpulan dari dua pengertian di atas bahwa seorang sufi atau sufisme yaitu orang yang hidup sederhana, menjahui urusan dunia (zuhud) dan memurnikan hati hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah

Contoh tokohnya adalah Rabi’ah al-Adawiyyah, Dzunnun al-Masri, Abu Yazid al-Busthâmi, al-Hallaj, Abu al-Qasim al-Junaed, Abdul Qadir al- Jilani, Imam al-Ghazali, Ibn Arabi, Rumi dan lain sebagainya

Menurut sejarah dari berbagai sumber, peradaban Islam tidak hanya melahirkan para ulama yang pakar di bidang keilmuan saja. Ada juga beberapa tokoh, sarjana dan pemikir Muslim yang punya kontribusi besar di bidang ilmu-ilmu pengetahuan eksakta dan ilmu sosial. 

Tak tanggung-tanggung, mereka dengan pelbagai teorinya, ternyata mampu menjadi sumber inspirasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa dan belahan dunia lainnya sampai saat ini.

Kendati terjadi pro dan kontra soal keberadaan filsafat dalam Islam, banyak tokoh Muslim yang diketahui sebagai filsuf terkenal di dunia. Di antara mereka bahkan senantiasa menjadi rujukan para tokoh filsafat yang datang setelahnya. 

Diantaranya Tokoh Filsafat Islam yaitu:

FILSUF AL-KINDI (180-260 H/796-873 M)

Al-Kindi

Tokoh filsafat Muslim yang pertama muncul adalah Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq Al-Kindi, atau lebih dikenal dengan sebutan Al-Kindi. Ia berasal dari keturunan bangsawan Arab dari suku Kindah, suku bangsa yang pada masa sebelum Islam bermukim di wilayah Arab Selatan. 

Al-Kindi dilahirkan di Kufah. Ayahnya adalah gubernur Basrah pada masa pemerintahan Khalifah Abbasiyah, al-Hadi (169-170 H/785-786 M) dan Harun ar-Rasyid (170-194 H/786-809 M).

Ibnu Abi Usaibi’ah, pengarang Tabaqat al-Atibba’, mencatat bahwa al-Kindi sebagai salah satu dari empat penerjemah mahir pada masa gerakan penerjemahan. Ia terutama sekali ikut memperbaiki terjemahan Arab dari sejumlah buku. 

Selain itu, aktivitasnya lebih banyak tertuju pada upaya menyimpulkan pandangan-pandangan filsafat yang sulit dipahami dan kemudian mengarang sendiri.

Jumlah karya tulis al-Kindi cukup banyak, yakni 241 buah risalah dalam bidang filsafat, logika, psikologi, astronomi, kedokteran, kimia, matematika, politik, optik, dan lain-lain. Sayangnya, kebanyakan karya tulisnya itu tidak atau belum dijumpai. 

Baru sekitar 25 buah karyanya yang berhasil ditemukan, yang kemudian diterbitkan dalam dua jilid. Jilid pertama pada tahun 1950 dan jilid kedua pada 1953 di Kairo, dengan judul Rasa’il al-Kindi al-Falsafiyyah.

Al-Kindi juga dijuluki sebagai tokoh filsafat Arab. Itu karena ia satu-satunya yang murni berdarah Arab. Dia pernah memperoleh penghargaan tinggi dari Khalifah Al-Mu’tasim, tapi juga pernah mengalami perlakuan buruk dari pihak-pihak yang iri kepadanya atau benci kepada filsafat.

FILSUF ISLAM AL-GHAZALI

FILSUF ISLAM AL-GHAZALI (450-505 H/1058-1111 M)

Nama lengkapnya Abu Hamid Muhammad bin Muhammad at-Tusi al-Ghazali. Ia merupakan ulama terkemuka yang amat berpengaruh di dunia Islam, terutama di kalangan Suni.

Al-Ghazali lahir di Desa Gazaleh, dekat Tus. Ia belajar di Tus, Jurjan, dan Nisabur. Ia kemudian bermukim di Mu’askar selama lima tahun dan di Baghdad selama lima tahun berikutnya. Di sana ia menjadi pemimpin dan guru besar Madrasah Nizamiyah Baghdad. 

Di sana pula ia berupaya keras mempelajari filsafat dan menunjukkan pemahamannya tentang filsafat dengan menulis buku berjudul Maqasid al-Falasifah (tentang pemahaman-pemahaman para tokoh filsafat).

Ia dikenal karena kemampuannya mengkritik argumen-argumen kaum tokoh filsafat dengan menulis buku Tahafut al-Falasifah. Buku tersebut ia tulis dalam rangka memberikan kesan tentang kelemahan atau kekacauan pemikiran-pemikiran para tokoh filsafat Muslim, seperti al-Kindi, al-Farabi, dan Ibnu Sina.

Semasa hidupnya, Al-Ghazali dikenal sebagai fakih, mutakalim, dan sufi. Ia mahir berbicara dan amat produktif dalam mengarang. Karya tulisnya lebih dari 228 buku dan risalah. Karya tulisnya yang paling populer di dunia Islam adalah Ihya’ ‘Ulum ad-Din (Menghidupkan Ilmu-Ilmu Agama).

IBNU RUSYD (520-595 H/1126-1198 M)

Salah satu tokoh filsafat Muslim yang muncul di belahan barat adalah Abu al-Walid Muhammad Ibnu Ruysd. Ia berasal dari keluarga hakim. Ia lahir di Cordoba dan wafat di Marakech. Ia dikuburkan di sana, tapi tiga bulan setelah itu jenazahnya dipindahkan ke Cordoba.

Ibnu Rusyd menguasai berbagai bidang ilmu, seperti fikih, ilmu kalam, sastra Arab, matematika, fisika, astronomi, kedokteran, logika, dan filsafat. Ia berhasil menjadi ulama dan tokoh filsafat yang sulit ditandingi. Ia juga pernah menjadi hakim di Cordoba pada 1171 M. Ibnu Rusyd juga pernah menjadi dokter istana.

Kehebatan Ibnu Rusyd dapat dilihat melalui karya-karya tulisnya. Ia menulis Bidayah al-Mujtahid, sebuah karya besar berupa fikih perbandingan, yang secara luas dipakai oleh para fukaha sebagai buku rujukan penting.

Ia juga menulis Kulliyyat fi at-Thibb, yang membicarakan garis-garis besar ilmu kedokteran, dan menjadi pegangan para mahasiswa kedokteran di Eropa selama berabad-abad di samping karya Ibnu Sina, Al-Qanun. Karya tulisnya yang merupakan ulasan atas karya Aristoteles dibukukan ke dalam tiga buku ulasan, yaitu Al-Asghar (Yang Lebih Kecil), Al-Ausath (Yang Lebih Sedang), dan Al-Akbar (Yang Lebih Besar).

Sosok Ibnu Rusyd juga dikenal karena pandangan-pandangannya yang mengkritik pandangan Al-Ghazali. Sebagai tangkisan terhadap karya Al-Ghazali, Tahafut al-Falasifah (Kacaunya Kaum tokoh filsafat), ia menulis buku Tahafut at-Tahafut al-Falasifah (Kacaunya Tahafut al-Ghazali).

AR-RAZI (250-313 H/864-925 M)

Tokoh filsafat Muslim terkemuka yang muncul setelah al-Kindi adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi. Ia lahir, tumbuh, dan wafat di Rayy, dekat Teheran, Iran. Tetapi, ia juga pernah hidup berpindah-pindah dari satu negeri ke negeri lain. Ia adalah dokter terbesar yang dilahirkan dunia Islam zaman klasik. Ia pernah menjadi direktur rumah sakit Rayy dan pernah pula menjadi direktur rumah sakit Baghdad.

Ketekunan dan kesungguhannya dalam menulis luar biasa. Ia pernah menulis dalam setahun lebih dari 20 ribu lembar kertas. Karya-karya tulisnya mencapai 232 buah buku atau risalah, yang kebanyakan dalam bidang kedokteran.

Di samping itu, ia juga banyak menulis karya-karya yang berhubungan dengan filsafat. Namun, hampir semua karya tulisnya dalam bidang filsafat belum dijumpai. Banyak pihak menduga karya-karya filsafatnya telah dihancurkan oleh lawan-lawannya yang telah menuduhnya sebagai seorang mulhid (menyimpang dari, atau mengingkari ajaran Islam).

TOKOH FILSAFAT ISLAM

TOKOH FILSAFAT ISLAM – IBNU SINA

Ibnu Sina dilahirkan dalam masa kekacauan, di mana Khilafah Abbasiyah mengalami kemunduran, dan negeri-negeri yang mula-mula berada di bawah kekuasaan khilafah tersebut mulai melepaskan diri satu persatu untuk berdiri sendiri. 

Kota Baghdad sendiri, sebagai pusat pemerintahan Khilafah Abbasiyah, dikuasai oleh golongan Bani Buwaih pada tahun 334 H dan kekuasaan mereka berlangsung terus sampai tahun 447 H.

Ibnu Sina memberikan perhatiannya yang khusus terhadap pembahasan kejiwaan, sebagaimana yang dapat kita lihat dari buku-buku yang khusus untuk soal-soal kejiwaan atau pun buku-buku yang berisi campuran berbagai persoalan filsafat. 

Pengaruh Ibnu Sina dalam soal kejiwaan tidak dapat diremehkan, baik pada dunia pemikiran Arab sejak abad kesepuluh Masehi sampai akhir abad ke-19 Masehi, terutama pada Gundissalinus, Albert the Great, Thomas Aquinas, Roger Bacon, dan Dun Scott. Bahkan juga ada pertaliannya dengan pikiran-pikiran Descartes tentang hakikat jiwa dan wujudnya. 

Hidup Ibnu Sina penuh dengan kesibukan bekerja dan mengarang; penuh pula dengan kesenangan dan kepahitan hidup bersama-sama, dan boleh jadi keadaan ini telah mengakibatkan ia tertimpa penyakit yang tidak bisa diobati lagi. Pada tahun 428 H (1037 M), ia meninggal dunia di Hamadzan, pada usia 58 tahun.

0 Response to "Perbedaan Sufi dan Filsuf"

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar Dengan Bijak