OBAT PENAWAR UNTUK MELEMBUTKAN HATI

OBAT PENAWAR UNTUK MELEMBUTKAN HATI

Sesungguhnya kelembutan hati adalah nikmat yang agung sekali. Jika seorang memiliki hati yang lembut maka dia akan bersemangat untuk beramal kebajikan. Di antara yang dapat melembutkan kerasnya hati adalah:

1. Menuntut ilmu syar’i al-Qur‘an dan as-Sunnah

Sebab, barang siapa mengenal Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya hatinya akan lembut. Barang siapa tidak mengenal Rabb-nya, niscaya hatinya akan membeku. 

Hati yang keras hanya dimiliki oleh orang yang paling bodoh tentang Allah sehingga tidak menunaikan hak Allah berupa tauhid dan memurnikan ibadah hanya kepada-Nya sehingga amat mudah baginya untuk menerjang larangan Allah. 

Berbeda halnya jika dia mencermati keindahan syari’at Allah dan keajaiban makhluk-Nya, niscaya hatinya akan lembut.

Ilmu adalah kunci jitu untuk meraih kesucian hati. Sebab, kesucian hati diraih dengan melaksanakan ketaatan serta menjauhi larangan secara ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. 

Dan hal itu tidak mungkin terwujudkan kecuali dengan ilmu. Oleh karenanya, Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

“Barang siapa Allah kehendaki kebaikan, maka Allah akan pahamkan ia dalam agama-Nya.”

Maka Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam menjadikan ilmu agama sebagai faktor semua kebaikan, karena dengan ilmu dia mampu beribadah kepada Allah secara benar.

Dan perlu diketahui bahwa ilmu yang hakiki adalah ilmu yang diamalkan. Apalah artinya jika kita belajar, ikut ta’lim dan menuntut ilmu jika kita tidak mengamalkannya. Ibnul Qayyim Rahimahullahuta’ala berkata:

“Setiap ilmu dan amal yang tidak menambah kekuatan dalam keimanan dan keyakinan maka telah termasuki (terkontaminasi), dan setiap iman yang tidak mendorong untuk beramal maka telah termasuki (tercoreng).”

2. Mengingat kematian dan alam akhirat

Hendaknya kita sering mengingat kematian dan alam akhirat berupa siksa akhirat, dahsyatnya kematian, menyaksikan jenazah, dan mempelajari hal-hal yang berkaitan tentang akhirat.

Sebab, hal itu akan menyadarkan kita dari kelalaian kita selama ini sehingga hati kita akan menjadi lembut. Oleh karenanya, Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda mengingatkan kita semua:

“Perbanyaklah oleh kalian mengingat penghancur kelezatan.”

Sa’id ibn Jubair berkata:

“Seandainya mengingat kematian hilang dariku maka saya khawatir hatiku akan rusak.”

Kita harus menanamkan pada diri kita semua bahwa kita di dunia ini hanyalah mampir sebentar, kita semua akan kembali kepada Allah. Namun, bekal apa yang sudah kita persiapkan untuk menghadap Allah???

Allah Ta’ala berfirman:

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan." (QS al-Anbiya‘ [21]: 35)

Apabila kita mengingat kampung akhirat dan kematian, maka kita akan mendapatkan tiga faedah:

1. Semangat dalam ibadah, dan membaguskannya karena dia merasa bahwa amalnya masih sedikit dan banyak dosa, barangkali ini ibadah yang terakhir kali.

2. Segera dalam taubat, dia tidak menunda-nunda (oh, nanti saja kalau sudah tua, sekarang mumpung masih muda senang-senang dulu, dosa-dosa sedikit tidak apa-apa). Subhanallah … siapa yang tahu kapan kita akan meninggal dunia?? Mungkin setahun lagi, sebulan lagi, seminggu lagi, satu jam atau satu menit lagi; kita tidak tahu, lantas kenapa perlu ditunda-tunda??

3. Qana’ah dengan rezeki dari Allah. Apa yang telah Allah rezeki-kan kepada kita dari yang halal, marilah kita syukuri dan kita merasa cukup dengannya. Adapun apabila kita merasa tidak cukup dengan rezeki Allah, maka gaji per bulan seratus juta rupiah pun masih kurang; demikianlah sifat manusia.

Bagaimana cara mengingat kematian?

1. Menghadiri majelis-majelis ta’lim yang mengingatkan akhirat. 

Hasan Bashri bertahun-tahun lamanya majelis kajiannya bukan membahas politik, melainkan kematian dan akhirat.

2. Ziarah kubur dengan tadabbur.

3. Menyaksikan jenazah dan mengurusinya.

4. Mengkaji ayat-ayat al-Qur‘an dan hadits seputar alam akhirat berupa siksa kubur, dahsyatnya kematian, dll.

 Dahulu, Sufyan Tsauri apabila mengingat kematian maka kencing darah.

3. Ziarah kubur dengan penuh renungan

Kita merenung jika sekarang saudara kita yang dikubur di dalam tanah seorang diri tanpa harta dan anak-anak, dia menyadari bahwa kelak dia pun akan menyusul sepertinya. Inilah hikmah terbesar disyari’atkannya ziarah kubur sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam:

“Sesungguhnya aku pernah melarang kamu berziarah kubur, maka sekarang berziarahlah, karena itu akan mengingatkan kamu terhadap hari akhirat.”(HR Ahmad: 1173. Dishahihkan oleh al-Albani di dalam ash-Shahi-hah 2/545.)

“Berziarahlah ke kubur, karena ziarah kubur mengingatkan kematian.” ( HR Muslim: 1621)

Oleh karenanya, dahulu, para salaf shalih jika ziarah kubur maka mereka khusyuk dan menangis karena merenungi kematian, bukan seperti kebanyakan kita sekarang. Hanya kepada Allah kita memohon ampunan. 

Maka dari itu, hendaknya siapa saja yang berziarah kubur selalu menghadirkan hatinya, khusyuk dan selalu ingat bahwa dirinya akan kembali kepada Rabb semesta alam.

Al-Imam an-Nawawi berkata, “Dianjurkan agar seseorang saat berjalan mengantar jenazah menyibukkan diri dengan dzikrullah (dzikir/mengingat Allah) dan memikirkan kesudahan orang yang mati dan mengingat bahwa demikianlah akhir kehidupan dunia dan tempat kembali ahli dunia.

Jangan sekali-kali dia membicarakan sesuatu yang tidak ada faedahnya, karena waktu ini adalah waktu untuk berpikir dan berdzikir. Sangat jelek sekali senda gurau, percakapan yang sia-sia, dan sebagainya. Kalau hal itu tercela dalam setiap keadaan, lantas bagaimana dalam keadaan seperti ini?!

Ketahuilah bahwa pendapat yang benar dari petunjuk para salaf adalah diam ketika mengantar jenazah, tidak mengeraskan suara, baik dengan membaca al-Qur‘an, dzikir, maupun lainnya. 

Hikmahnya sangat jelas, karena hal itu sangat menenangkan hati dan memusatkan pikiran untuk memikirkan masalah jenazah yang sangat dituntut dalam keadaan ini.”

4. Merenungi al-Qur‘an

Jika seorang mau merenungi al-Qur‘an dengan penuh menghadirkan hati, maka akan meneteskan air mata dan melembutkan hati. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

"Kalau sekiranya Kami turunkan al-Qur‘an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir". (QS al-Hasyr [59]: 21)

Apakah hati manusia lebih keras daripada gunung?!!

Asy-Syaikh Muhammad Rasyid Ridha berkata, “Ketahuilah bahwa kuatnya agama dan iman tidak mungkin diraih kecuali dengan banyak membaca al-Qur‘an atau mendengarkannya dengan penuh renungan dan dengan niat untuk mengamalkan perintahnya dan menjauhi larangannya.”

Namun, perlu ditandaskan bahwa maksud membaca al-Qur‘an yang merupakan faktor penyubur iman di sini bukan hanya sekadar membaca saja, melainkan membacanya dan memahami makna kandungannya serta mengamalkan isinya. Oleh karenanya, Allah mengabarkan bahwa tujuan inti al-Qur‘an ini diturunkan adalah untuk dipelajari dan direnungkan bersama.

"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran". (QS Shad [38]: 29)

"Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur‘an ataukah hati mereka terkunci? (QS Muhammad [47]: 24)

5. Memperbanyak dzikir dan istighfar

Kerasnya hati adalah sebuah penyakit yang obatnya adalah dzikir kepada Allah sehingga akan meleleh seperti besi yang meleleh oleh api.

"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Al-lah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS ar-Ra’du [13]: 28)

Seseorang mengadu kepada Hasan, “Wahai Abu Sa’id, aku mengadu kepadamu kerasnya hatiku.” Maka beliau menjawab, “Lunakkanlah dengan dzikir.”

Ibnul Qayyim berkata, “Kotornya hati karena dua hal: lalai dan dosa. Adapun menjernihkannya dengan dua hal juga, yaitu: istighfar dan dzikir.”

Ya, kita harus mengakui dosa-dosa kita yang banyak sekali. Kita sedikit amal, banyak dosa, tetapi kita sering mengkhayal bahwa kita penduduk surga, padahal Adam dikeluarkan dari surga hanya karena satu dosa!!

Demi Allah, seandainya mereka mengetahui jeleknya hatiku niscaya seorang yang bertemu denganku akan enggan salam padaku 

Mereka akan berpaling dariku dan bosan berteman denganku aku akan menjadi hina setelah mulia 

Tetapi Engkau menutupi kecacatan dan kesalahanku dan Engkau bersikap lembut dari dosa dan keangkuhanku Bagi-Mu-lah segala pujian dengan hati, badan dan lidahku Sungguh, Engkau telah memberiku nikmat yang begitu banyak tetapi aku kurang mensyukuri nikmat-nikmat tersebut.

6. Berteman dengan orang shalih

Karena mereka akan mengambil tanganmu tatkala engkau lemah dan mengingatkanmu tatkala engkau lupa, membimbingmu tatkala engkau tidak tahu, jika engkau kesusahan maka mereka akan membantumu, dan jika mereka berdo’a kepada Allah maka mereka tidak melupakanmu.

"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaanNya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsu nya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (QS al-Kahfi [18]: 28)

Bahkan di dalam surat al-Kahfi Allah selalu menyebutkan anjing yang bersama para pemuda ashabul kahfi sebagai isyarat pentingnya berteman dengan orang-orang shalih. Hasan Bashri berkata, “Sahabat kami lebih baik bagi kami daripada keluarga kami, mereka mengingatkan kami tentang akhirat, sedangkan keluarga mengingatkan kami tentang dunia.”

7. Selalu melakukan introspeksi 

Karena jika seorang tidak melakukan introspeksi/muhasabah dan mengevaluasi kesalahannya, bagaimana mungkin dia akan mengetahui letak penyakitnya. Kalau dia tidak tahu penyakitnya, bagaimana akan mengobatinya?

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan muhasabah (artinya):

"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS al-Hasyr [59]: 18)

Seorang mukmin dia akan selalu mengoreksi dan mengevaluasi amalannya. Dia akan berusaha untuk tidak terjerumus ke dalam dosa dengan menjauhi segala sarana yang dapat merayunya seperti fitnah dunia, wanita dan teman yang jelek. Dan jika dia telah terjatuh ke dalam dosa, maka dia segera bertaubat dan selalu istighfar kepada Allah dengan tekad yang bulat untuk tidak mengulangi dosanya lagi.

8. Beramal shalih

Amal shalih adalah bekal utama yang bisa dian-ldalkan untuk suatu hari yang tidak bermanfaat harta, jabatan, dan anak kecuali orang yang datang menghadap Allah dengan hati yang bersih. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

"Barang siapa beramal shalih baik pria atau wanita dan dia beriman maka Kami akan memberikan kepadanya kehidupan yang bahagia." (QS an-Nahl [16]: 97)

Namun, perlu diketahui bahwa sebuah amal baru disebut shalih jika memenuhi dua syarat:

Pertama: Ikhlas mengharapkan pahala Allah.

Kedua: Ittiba’ yaitu meneladani Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bukan ibadah dengan perasaan dan hawa nafsu sendiri.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman menggabung dua syarat ini:

"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baikamalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS al-Mulk [67]: 2)

Fudhail ibn Iyadh berkata, “Yang paling baik adalah yang ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam.”

Amalan kebajikan tanpa ikhlas sia-sia seperti debu-debu yang beterbangan, dan amal kebajikan tanpa ittiba’ juga sia-sia hanya memberatkan seperti pengembara yang memenuhi tasnya dengan batu, memberatkan tanpa faedah yang berarti.

Maka bersemangatlah untuk beramal kebajikan dan jangan pernah meremehkannya sekecil apa pun karena kita tidak tahu amal manakah yang diterima di sisi Allah. 

Siapa tahu amal yang kita anggap remeh justru itu yang menjadikan faktor kita meraih ampunan Allah dan surga-Nya; seperti hadir di majelis ilmu, salam dan jabat tangan, membantu orang, menyingkirkan gangguan dari jalan, dan lain-lain.

"Barang siapa yang melakukan amal kebajikan sekecil apa pun maka dia akan melihatnya". (QS az-Zalzalah [99]: 7)

9. Do’a

Maka seorang hamba, di dalam setiap detiknya selalu membutuhkan pertolongan Allah dan memohon kepada-Nya agar Allah menganugerahkan kepadanya kebeningan hati. Oleh karena itu, Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita untuk berdo’a:

“Ya Allah, berikanlah kepada jiwaku ketaqwaan dan sucikanlah jiwa karena Engkau adalah sebaik-baik Dzat yang menyucikannya.” (HR Muslim: 2722)

Akhirnya, kita berdoa kepada Allah agar melembutkan hati kita semua dan menjauhkan kita semua dari kerasnya hati.

0 Response to "OBAT PENAWAR UNTUK MELEMBUTKAN HATI"

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar Dengan Bijak