KEDUDUKAN WANITA SEBELUM DAN SESUDAH ISLAM
KEDUDUKAN WANITA SEBELUM DAN SESUDAH ISLAM
Sesungguhnya topik tentang wanita dan hal-hal yang berkaitan dengannya, merupakan topik yang paling banyak menyita waktu kaum Muslimin, terlebih pada tahun-tahun terakhir ini.
Hal itu disebabkan karena musuh-musuh Islam sepertinya telah menemukan kembali barangnya yang hilang buat memerangi kaum Muslimin di kampung halamannya sendiri dan merusak akidah serta akhlak mereka.
Untuk itulah, musuh-musuh Islam tersebut tidak segan-segan mempergunakan berbagai macam media dan sarana-sarana informasi untuk menggambarkan wanita dalam wujud godaan yang paling indah.
Sekali waktu wanita ditampilkan dalam fose telanjang. Pada waktu yang lain wanita ditampilkan sebagai penari. Dan, pada kesempatan yang lain pula wanita ditampilkan sebagai penyanyi. Untuk semua itu, mereka mengerahkan seluruh kemampuannya.
Intrik musuh-musuh Islam tidak terbatas sampai di situ, bahkan lebih jauh lagi. Sebagai contoh misalnya, saat ini berbicara mengenai hal-hal yang lux, rasanya tidak bisa lepas dari gambar-gambar wanita cantik. Bahkan sampai pun pada produk-produk obat-obatan. Semuanya tidak lepas dari peragaan mempertontonkan perhiasan wanita.
Hal itu sama sekali tidak aneh, karena yang menjadi tujuan utama musuh-musuh Islam ialah kehidupan agama kaum Muslimin.
Goldstone, salah seorang Kristen yang dengki pernah mengatakan, “Situasi timur tidak akan pernah tenang kalau hijab tidak segera direnggut dari wajah wanita kaum Muslimin.”
Seorang Kristen lain bernama Zummer mengatakan, “Orang-orang Nasrani tidak boleh berputus asa. Sebab di dalam hati kaum Muslimin benar-benar telah berkembang kecenderungan yang cukup mencolok ke arah ilmu bangsa-bangsa Eropa dan kepada kebebasan kaum wanitanya.”
Seorang Kristen yang lain lagi bernama Jean Paul Rou juga pernah mengatakan, “Sesungguhnya pengaruh barat yang terlihat di segala bidang dan dapat menguasai masyarakat Islam memang lebih baik tidak perlu ditonjolkan. Biarlah yang menonjol gerakan kebebasan wanita,”
Itulah beberapa pernyataan dan rencana-rencana mereka yang busuk terhadap masalah wanita.
Di Sana juga terdapat beberapa manusia yang dengan berkedok Islam justru menyebarkan keraguannya terhadap agama Allah itu dan mengumbar kesenangan-kesenangannya sendiri.
Sekali waktu mereka memperlihatkan sandiwaranya selaku penasihat melalui ucapan dan tulisan-tulisannya. Dan, pada waktu yang lain mereka sengaja menyebarkan keraguan-keraguan, sementara itu mereka juga mencari kebenaran untuk menjawabnya. Padahal di belakang sebuah bukit itu ada bukit lagi.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
“Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. ”(Al-Anfal: 30).
Anda lihat sendiri bagaimana terkadang mereka tersenyum manis dan terkadang diam saja. Terkadang mereka begitu simpatik memperlihatkan rasa kasihannya. Namun manakala ada kesempatan, mereka berubah menjadi binatang buas yang siap menerkam mangsanya dengan taring-taringnya yang tajam.
Demi memenuhi maksud dan keinginannya mereka siap melakukan apa saja. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman.
"Dan, sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar padahal di sisi Allah lah (balasan) makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya. ”(Ibrahim; 46).
Anda lihat mereka memakai baju diri yang berbeda-beda sesuai dengan lingkungan situasi di mana mereka hidup.
Satu waktu mereka menjelek-jelekkan masalah hijab dan membangkitkan pertentangan-pertentangan mengenai masalah tersebut. Pada waktu yang lain mereka memerangi poligami dengan dalih bahwa hal itu adalah sikap sewenang-wenang laki-laki yang mau menindas hak-hak wanita. Mereka menuntut persamaan antara keduanya, karena hal itulah yang mereka anggap sebagai keadilan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
"Sesungguhnya orang-orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya.Dan, Aku pun membuat rencana (pula) dengan sebenar-benarnya." (Ath-Thariq:15-16).
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah.dan Allah pun akan membalas tipuan mereka. "(An-Nisa’: 142).
Mereka sibuk membicarakan sekitar masalah wanita seraya melemparkan keraguan-keraguan yang dapat menyesatkan bagi yang melihat, mendengar maupun yang membacanya. Sungguh buruk apa yang mereka lemparkan itu
Manakala diketahui aib niat jahatnya, mereka sama menundukkan kepala dan menguburnya dalam tanah sampai tidak diketahui berkasnya.
Allah Subhanahu Wa Ta 'ala berfirman,
"Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.'' (An- Nahl:59).
Ironisnya, ucapan-ucapan yang disertai keraguan-keraguan yang bisa menyesatkan tersebut ada yang mendukung dan membelanya. Mereka itulah orang-orang yang sakit jiwanya. Bahkan mereka itulah orang-orang yang mengkhianati Allah dan Rasul-Nya.
Tidak heran jika Anda lihat ada yang dengan penuh antusias memuji-muji ucapan mereka itu. Padahal alangkah buruk apa yang mereka lakukan itu.
Wahai segenap wanita, waspadalah terhadap orang-orang seperti itu. Demi Allah, dan kalian tentunya sudah tahu, apa yang mereka tulis dan mereka sebarkan itu sama sekali bukan untuk mencari kebenaran. Sekali lagi, bukan!
Sebab mereka sendiri adalah orang-orang yang jauh dari kebenaran. Tujuan mereka ialah melancarkan serangan secara bertubi-tubi terhadap ajaran Islam yang hanif.
Soalnya menurut persepsi mereka, Islam itu menghambat kebebasan dan membelenggu kesenangan. Persepsi seperti itu jelas membuktikan kebusukan akal pikiran mereka yang ditunggangi oleh kaum Yahudi dan antek-anteknya.
Wahai segenap wanita, kalian adalah pengajar bagi generasi-generasi masa lalu, kini dan masa yang akan datang. Allah menekankan kepada kalian untuk terus melaksanakan tanggung jawab yang berat tersebut semaksimal mungkin.
Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh istri-istri nabi, istri-istri sahabat dan wanita-wanita Mukmin lainnya yang hidup sesudah mereka. Wanita-wanita itu telah mencatat sejarah dengan tinta harum akhlak serta rasa bangganya terhadap agamanya.
Anda akan menghabiskan banyak waktu untuk mengkaji dan mempelajari perilaku wanita-wanita yang namanya diabadikan oleh sejarah tersebut. Padahal sebelum era Islam keadaan wanita sungguh sangat memprihatinkan. Dengan begitu Anda tahu, betapa dustanya orang-orang yang menuduh bahwa Islam telah berbuat aniaya terhadap wanita.
Berikut kita simak pengakuan salah seorang bangsa Eropa bernama Guostav Loubon tentang pengaruh Islam bagi kaum wanita. Dia mengatakan,
“Sesungguhnya Islam telah memberikan pengaruh yang positif bagi peningkatan harkat kedudukan kaum wanita. Apa yang disumbangkan oleh Islam itu jauh lebih banyak daripada apa yang diberikan oleh undang-undang Eropa.
Secara gamblang kita dapat melihat apa yang dilakukan Islam dalam upayanya memperbaiki keadaan wanita di Timur yang sebelum era Al-Qur’an nasib mereka sangat memilukan.
Pengakuan jujur tersebut seharusnya dapat membuka mata orang-orang yang selama ini tidak tahu atau memang berpura-pura tidak tahu.
Wahai wanita Mukminat, Anda lihat sendiri bagaimana mata orang Eropa yang satu ini mencoba mengungkapkan apa yang selama ini disimpan dan disembunyikan oleh mereka.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya.” (Al-Baqarah: 10).
Oleh karena itu, singkirkan lah keraguan-keraguan mereka itu dengan ujung sebelah alas kakimu. Katakan kepada mereka,
“Seburuk-buruknya manusia adalah kalian, sebab seorang yang kafir saja ternyata lebih pintar dan lebih tahu akan kebaikan ketimbang kalian.”
Wahai saudariku wanita Mukminat, sekilas mengenai kedudukan wanita di dalam Islam dan bagaimana cara Islam memperlakukan mereka. Dengan demikian Anda dan juga wanita-wanita lain akan mengerti betapa bedanya kedudukan wanita sebelum dan sesudah Islam.
Wanita di Mata Orang-orang Yunani
Di mata mereka, wanita sangat dilecehkan dan diejek. Sampai-sampai mereka mengklaim kaum wanita sebagai najis dan kotoran dari hasil perbuatan syetan. Bagi mereka, wanita sama rendahnya dengan barang dagangan yang bisa diperjual-belikan di pasar-pasar.
Wanita boleh dirampas haknya, tidak perlu diberikan hak bagian harta pusaka dan juga tidak berhak menggunakan hartanya sendiri sekalipun.
Itulah nasib kaum wanita pada waktu itu; begitu sengsara dan memprihatinkan.
Wanita di Mata Orang-orang Romawi
Di zaman Romawi yang orang-orangnya memiliki semboyan cukup terkenal “Wanita Itu Tidak Punya Ruh”, kaum wanita mengalami berbagai macam siksaan yang kejam.
Betapa tidak; seringkali mereka harus menahan panasnya minyak yang dituangkan ke tubuhnya yang sudah diikat pada sebuah tiang. Bahkan terkadang mereka diikatkan pada ekor kuda lalu dibawanya lari sekencang mungkin sampai mati.
Wanita di Mata Orang-orang Cina
Orang-orang Cina menyamakan wanita dengan air penyakit yang membasuh kebahagiaan dan harta. Seorang berkebangsaan Cina berhak menjual istrinya sebagaimana budak perempuan.
Apabila seorang wanita Cina menjadi janda, maka keluarga mendiang suaminya berhak atas dirinya. Jadi, ia seperti barang peninggalan yang bisa diwarisi. Bahkan seorang suami berhak mengubur istrinya hidup-hidup.
Wanita di Mata Undang-Undang Hammurabi
Wanita di mata Undang-Undang Hammurabi dianggap sebagai layaknya binatang ternak yang dapat diperlakukan seenaknya.
Misalnya, seseorang membunuh anak perempuan orang lain maka dia harus menyerahkan anak perempuannya kepada orang tadi untuk dibunuh atau dimiliki.
Wanita di Mata Orang-orang Hindu
Di dalam syariat orang-orang Hindu ditegaskan :“Sesungguhnya kesabaran tertentu, angin, kematian, neraka, racun dan ular itu tidaklah lebih jahat ketimbang wanita.”
Di mata orang-orang Hindu, seorang wanita tidak berhak untuk hidup setelah ditinggal mati oleh mendiang suaminya, Pada hari kematian suaminya itu ia juga harus ikut mati, atau ia harus membakar diri dalam keadaan hidup-hidup bersama suaminya. Di samping itu ia hams mempersembahkan korban kepada tuhan-tuhannya.
Wanita di Mata Orang-orang Persia
Menurut mereka, seseorang boleh saja menikahi ibunya sendiri, saudara perempuan kandung, tante, bibi, keponakannya dan muhrim-muhrimnya yang lain.
Pada saat sedang menjalani haid, seorang wanita akan diasingkan ke tempat yang jauh di luar kota. Tidak ada seorang pun yang diperbolehkan menemuinya kecuali para pelayan yang hanya bertugas menyiapkan makanan.
Terlebih kalau seorang wanita kebetulan menjadi istri atau di bawah kekuasaan seorang laki-laki yang kejam dan diktator; maka nasibnya berada di tangan laki-laki itu, mau dibunuh atau dibiarkannya hidup.
Wanita di Mata Orang-orang Yahudi
Ada sementara golongan orang-orang Yahudi yang menganggap anak perempuan itu martabatnya sama seperti pelayan. Jadi, ayahnya berhak untuk menjualnya dengan harga murah sekalipun.
Orang-orang Yahudi pada umumnya menganggap wanita itu sebagai laknat atau kutukan lantaran wanitalah yang telah menyesatkan Adam. Apabila seorang wanita sedang mengalami haid, maka mereka enggan makan bersama-sama dengannya. Bahkan ia tidak boleh memegang bejana apa pun karena khawatir tersebarnya najis.
Ada sementara orang-orang Yahudi yang manakala anak perempuan atau istrinya sedang mengalami masa haid, maka dia mendirikan sebuah kemah lalu di dalamnya diletakkan kue dan air. Dia biarkan terus anak perempuan atau istrinya yang sedang haid itu di dalam kemah tersebut sampai suci.
Wanita di Mata Orang-orang Nasrani
Pernah salah seorang yang dianggap suci di antara mereka mengatakan,
“Sesungguhnya wanita adalah sumber kejahatan, malapetaka yang disukai, sangat penting bagi keluarga dan rumah tangga, pembunuh yang dicintai, dan musibah yang dicari.”
Yang lain mengatakan, “Sesungguhnya wanitalah yang memasukkan syetan ke dalam jiwa seseorang, yang menentang undang-undang Allah dan yang kejam terhadap laki-laki.”
Pada tahun 586 Masehi, orang-orang Francis pernah menyelenggarakan sebuah konferensi untuk membahas masalah:
Apakah wanita itu bisa dianggap manusia atau tidak? Apakah wanita itu punya ruh atau tidak? Kalau ia punya ruh, maka apakah ruhnya itu ruh hewan ataukah ruh manusia? Kalau ruhnya adalah ruh manusia, apakah ia sama dengan ruh laki-laki atau lebih rendah?
Akhirnya konferensi tersebut membuat satu kesimpulan, sesungguhnya wanita adalah seorang manusia. Akan tetapi, ia diciptakan untuk melayani kaum laki-laki saja.
Wahai saudariku Mukminat, Anda lihat sendiri sudah sedemikian jauh mereka melecehkan dan memandang rendah kaum wanita. Padahal mereka itulah orang-orang yang mengklaim sebagai pelopor peradaban Barat, sehingga seruan mereka itu juga didengar oleh orang-orang awam.
Ada beberapa hal yang lucu. Dengarkan dan bacalah perlakuan orang-orang Nasrani terhadap wanita yang bisa membuat orang tertawa geli dan menangis sedih berikut ini:
Pada masa kekuasaan Raja Inggris Henry kedelapan, parlemen Inggris mengeluarkan sebuah keputusan yang melarang kaum wanita membaca buku Perjanjian Baru atau Injil, dengan alasan wanita itu dianggap najis.
Parlemen di sana juga pernah mengeluarkan sebuah peraturan yang mendesak perlunya segera dibentuk sebuah badan sosial yang khusus menangani sangsi hukuman terhadap kaum wanita.
Hal itu terjadi pada tahun 1500 Masehi. Salah satu wewenang badan sosial tersebut ialah membakar wanita hidup-hidup.
Undang-undang sipil Prancis pasca revolusi menetapkan, orang-orang yang tak perlu diperhitungkan adalah anak kecil, orang gila, dan wanita; sampai pada tahun 1938 ketetapan itu diganti.
Namun sejauh itu masih ada belenggu-belenggu yang membatasi mang gerak wanita yang telah bersuami.
Bahkan undang-undang di Inggris sampai pada tahun 1805 Masehi, masih memperkenankan seorang laki-laki menjual istrinya dengan harga maksimal enam pound sterling.
Pada tahun 1931 Masehi, pernah terjadi seorang laki-laki Inggris menjual istrinya dengan harga lima ratus pound sterling. Ternyata dia diperkarakan.
Dan, dalam sidang pengadilan, pengacara laki-laki itu memberikan pembelaan, bahwa pada tahun 1801 Masehi, undang-undang Inggris menetapkan batasan harga seorang istri adalah enam pound sterling, dengan syarat jual-beli jadi dilaksanakan kalau ada persetujuan pihak istri.
Namun pihak pengadilan menyanggah bahwa undang-undang tersebut pada tahun 1805 Masehi sudah diganti dengan undang-undang yang melarang menjual istri atau melepaskannya begitu saja. Semenjak itu pengadilan memutuskan, bagi orang yang terbukti menjual istrinya, maka dia akan dikenakan hukuman penjara selama sepuluh bulan.
Majalah Hadharat Al-Islam pada edisi tahun kedua halaman 1078 membuat sebuah tulisan berbunyi: “Pada tahun lalu, terjadi peristiwa seorang Itali menjual istrinya kepada orang lain dengan pembayaran secara angsuran.
Tatkala si pembeli menolak membayar angsuran terakhir, maka orang Itali tersebut langsung membunuhnya.”
Ustadz Muhammad Rasyid Ridha mengatakan, “Sungguh mengherankan, menurut berita yang dikutip oleh sementara harian-harian Inggris ternyata sampai sekarang masih terdapat kasus orang-orang yang menjual istri-istrinya dengan harga sangat murah sekali; hanya sekitar tiga ratus enam puluh pound sterling."
Ironisnya, kasus tersebut terjadi justru di wilayah-wilayah yang terkenal cukup baik tingkat perekonomiannya. Bahkan harian-harian tersebut tidak segan-segan menyebutkan sebagian nama orang-orang yang terlibat dalam kasus itu.”
Itulah sekilas tentang keadaan wanita di era peradaban abad dua puluh.
Ternyata hal itu tidak mencerminkan peradaban, melainkan lebih tepat kalau disebut sebagai kotoran dan kedustaan.
Setelah Anda mengetahui keadaan wanita di mata orang-orang barat dan lainnya tersebut, wahai saudariku wanita Mukminat,
Maka sekarang saya ingin mengedepankan kepada Anda mengenai keadaan wanita di mata orang-orang Arab pada zaman jahiliyah, supaya Anda tahu juga betapa kejam dan biadabnya mereka dalam memperlakukan kaum wanita pada waktu itu.
Dengan demikian diharapkan Anda akan semakin kuat berpegang pada Islam yang agung ini, yang mengangkat harkat Anda, yang memelihara kemuliaan Anda, yang menjaga kehormatan Anda, dan mendorong orang untuk membantu menjaga serta melindungi Anda.
Pembahasan ini pertama-tama akan saya mulai dengan menampilkan Umar AI-Faruq Radhiyallahu Anhu yang menerangkan tentang kedudukan wanita pada zaman jahiliyah.
Umar AJ-Faruq Radhiyallahu Anhu mengatakan, “Demi Allah, pada zaman jahiliyah di mata kami wanita itu bukan apa-apa, sampai akhirnya Allah menurunkan apa yang harus Dia turunkan tentang mereka dan membagikan apa yang harus Dia bagikan buat mereka.”
Setelah mengetahui pandangan orang-orang jahiliyah terhadap wanita, maka selanjutnya saya ingin mengajak Anda menyaksikan sedikit saja sikap orang-orang jahiliyah itu dalam memandang rendah soal wanita.
Pertama-tama saya ingin menuturkan rasa tidak suka orang-orang jahiliyah manakala mereka dikaruniai anak perempuan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya berikut ini,
"Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan. hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Dia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya.
Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan ilu. " (An-Nahl: 58-59).
Pada zaman jahiliyah dahulu, wanita tidak memiliki hak waris. Dalam hal ini mereka punya semboyan: “Tidak ada yang bisa mewarisi kami kecuali orang yang mau mengangkat senjata dan membawa tameng.”
Seorang wanita pada waktu itu tidak mempunyai hak apa pun terhadap suaminya. Sebaliknya, seorang laki-laki berhak menceraikan istrinya lalu menunjuknya kembali, dan menceraikannya lagi dan menunjuknya lagi.
Begitu seterusnya tanpa ada batasan sama sekali. Dan itu bisa dilakukannya kapan saja dia mau. Seorang laki-laki pada waktu itu juga berhak melakukan poligami dalam jumlah yang tidak ditentukan berapa saja.
Kebiasaan yang berlaku di tengah-tengah mereka, apabila ada seorang laki-laki meninggal dunia dengan meninggalkan seorang istri dan beberapa orang anak laki-laki yang bukan anak istrinya tadi; maka anak yang paling tua berhak mendapatkan istri mendiang ayahnya tersebut (ibu tirinya). Dia menganggap ibu tirinya itu sebagai harta pusaka mendiang ayahnya, sebagaimana harta-hartanya yang lain.
Apabila dia berminat ingin mengambil ibu tirinya tersebut sebagai istrinya sendiri, maka dia cukup hanya melemparkan sepotong pakaian kepadanya. Maka resmilah mereka berdua sebagai suami istri.
Namun apabila ternyata dia tidak berminat mengawininya sendiri, maka dia bisa mengawinkannya kepada siapa saja yang dikehendakinya.
wanita Muslim di tengah-tengah masyarakat Islam menempati kedudukan yang tinggi dan terhormat; satu kedudukan yang dapat menjaga martabat, kemanusiaan dan kesuciannya.
Islam sama sekali tidak menganggap wanita sebagai suatu bakteri yang mengandung penyakit sebagaimana persepsi orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Islam mengakui kebenaran azali (eternal) yang dapat menghilangkan kehinaan. Dan Islam beda dengan agama-agama lain yang cenderung aniaya kepada kaum wanita.
Islam datang untuk melepaskan wanita dari belenggu-belenggu kenistaan dan perbudakan terhadap sesama manusia. Islam memandang wanita sebagai makhluk yang mulia dan terhormat; makhluk yang memiliki beberapa hak yang telah disyariatkan oleh Allah.
Di dalam Islam, haram hukumnya berbuat aniaya dan memperbudak wanita. Dan, Allah akan mengancam orang yang berani melakukan perbuatan itu dengan ancaman siksa yang sangat pedih.
Dari aspek kemanusiaan, Islam memandang sama antara laki-laki dan perempuan; dalam artian bahwa keduanya adalah sama-sama manusia. Hal ini berbeda dengan keyakinan orang-orang Nasrani dan Persi.
Allah Subhanahu Wa Ta 'ala berfirman,
"Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. ”(Al-Hujurat: 13).
Islam menganggap mereka sama saja dalam soal memikul sebagian besar beban-beban keimanan.
Allah Subhanahu Wa Ta 'ala befirman,
"Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang Mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahanam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar. "(Al-Buruj:1O).
Islam menganggap mereka sama dalam hal menerima balasan akhirat.
Allah Ta'ala telah befirman,
"Siapa saja yang mengerjakan amal-amal saleh, baik dia laki-laki maupun wanita sedang dia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun." (An-Nisa’: 124).
Dan, Islam juga menganggap mereka sama dalam hal saling tolong-menolong. Allah Ta’ala telah berfirman,
"Dan orang-orang yang beriman. laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya.Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha bijaksana." (At-Taubah:71).
Mungkin bukti paling besar yang menunjukkan betapa wanita itu sangat tinggi kedudukannya, adalah wasiat Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam pada peristiwa pertemuan Islam paling agung, yaitu dalam peristiwa Haji wada.
Waktu itu beliau bersabda, "Baik-baiklah dalam memberikan wasiat kepada wanita. ”
Berikut Anda simak firman Allah yang menerangkan salah satu kedudukan wanita di dalam Islam dimana kehormatan dan kemuliaannya dijaga demikian ketat:
"Dan, orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera.dan janganlah kamu terima kesaksian mereka bual selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik." (An-Nur;4).
Lihatlah, wahai wanita Islam. Itulah ancaman yang diberlakukan terhadap orang yang berani menuduh Anda berbuat zina tanpa ada saksi.
Silahkan Anda bolak-balik dan simak buku-buku sejarah, maka Anda tidak akan menemukan agama yang menjaga kehormatan Anda dan mengangkat martabat Anda seperti Agama Islam.
Janganlah Anda terkecoh oleh penampilan “ular-ular” atau “kelelawar-kelelawar” yang berlagak memperlihatkan rasa kasihan dan ingin membela hak-hak wanita. Hak apa dan hak yang mana ingin mereka bela? Mereka itulah sejatinya adalah orang-orang yang sesat.
Mengenai masalah warisan telah dikemukakan sebelumnya, orang-orang jahiliyah tidak mau memberikan bagian warisan kepada wanita secara mutlak, kendati pun wanita tersebut adalah orang yang paling dekat nasab keturunannya dengan si mayit yang bersangkutan.
"Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil." (An-Najm:22).
Adapun di dalam Islam, kaum wanita berhak mendapatkan bagian sesuai dengan kedekatannya pada si mayit. Selaku ibu, maka ia akan mendapatkan bagian sepertiga atau seperenam. Selaku istri, maka ia akan mendapatkan bagian seperempat atau seperdelapan. Dan selaku anak, ia akan mendapatkan bagian separuh atau ikut bersama dalam dua pertiga. Begitu seterusnya.
Mengenai masalah cerai atau thalak, seseorang bisa saja menceraikan istrinya menurut kemauannya. Apabila akan berakhir masa iddahnya, maka segera dia merujuknya kembali. Akibatnya, wanita tak bedanya seperti barang mainan di tangan laki-laki dimana dia bisa menceraikan dan mempertahankannya semaunya. Namun tradisi buruk itu akhirnya oleh Islam dihapus dan diberikan batasan.
"Thalak (yang dapat dirujuki) dua kali. Selelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. ”(Al-Baqarah: 229).
Dalam hal memperlakukan wanita sedang haid, sangat berbeda sekali antara jahiliyah dengan Islam. Menurut orang-orang jahiliyah, seorang wanita yang sedang mengalami haid, ia harus dijauhkan secara keseluruhan.
Orang tidak boleh makan dan minum atau sekedar duduk bersamanya. Bahkan mengajaknya bercakap-cakap pun dilarang. Dengan demikian wanita yang sedang haid pada waktu itu praktis benar-benar terisolir.
Perlakuan sangat kontras dari semua itu bisa disaksikan dalam Islam.
Kedudukan wanita sedang mengalami masa haid tetap saja terjaga. la sama saja dengan wanita-wanita lain tanpa dianiaya atau dikurangi haknya barang sedikitpun.
Wanita di mata Islam dengan mengemukakan sebuah hadits berikut ini.
"Sesungguhnya Allah mengharamkan kamu berani kepada para ibu, menolak kewajiban, meminta bukan haknya, dan mengubur hidup-hidup anak-anak perempuan."
Saya rasa maksud hadits tersebut tidak perlu dijelaskan.
Wahai saudariku wanita Mukminat, setelah mengetahui kedudukan wanita
di dalam Islam itu sangat terhormat dan sangat tinggi, maka kian gamblanglah kekeliruan orang-orang yang tidak simpati kepada Islam yang mendengung-dengungkan bahwa Islam itu adalah tirani bagi kaum wanita.
Apa yang mereka propagandakan bahwa peradaban Eropa dan gaya hidup wanita baratlah yang akan membawa kebaikan bagi seluruh kaum wanita di dunia ternyata omong kosong belaka.
Ketika orang-orang Eropa tersentak oleh rusaknya sistem pendidikan serta pengajaran bagi kaum wanitanya, sementara penyakit-penyakit sudah dengan gencarnya melanda kehidupan mereka yang pada gilirannya nanti akan mengancam peradabannya ditambah pula dengan rusaknya mental seluruh individu masyarakatnya, maka pada saat itulah mereka mulai melayangkan pandangan matanya melirik ke arah Islam sebagai satu-satunya alternatif yang dapat menyelamatkan mereka dari kehancuran.
Yang paling banyak menyadari dari semua itu terutama dari kalangan penulis, baik laki-laki maupun wanita. Mereka mulai berani meneriakkan kelebihan dan keutamaan Islam. Bahkan sangat berhasrat untuk kembali kepada ajaran-ajaran Islam dan mendidik wanita-wanita mereka dengan sistem pendidikan Islam.
Itulah salah satu bukti yang nyata. Dan kebenaran apa yang telah diakui dan isaksikan oleh pihak musuh. Kalau musuh saja mau mengakuinya, masih perlukan bukti lain?
Selanjutnya saya akan kedepankan sebagian pengakuan jujur mereka, dengan harapan dapat menjadi nasihat dan bisa diambil sebagai satu pelajaran.
Dan sebaik-baiknya orang ialah yang masih peduli dan mau memberi nasihat kepada orang lain.
Seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris bemama, Samuel Simels, salah seorang yang menjadi sendi bagi kebangkitan negeri tersebut, dengan jujur pernah mengatakan sebagai berikut:
’’Sesungguhnya sistem yang mengatur supaya wanita sibuk bekerja di industri-industri, sekalipun hal itu menjanjikan kesejahteraan, namun ia juga berakibat dapat merobohkan mahligai kehidupan rumah tangga. Soalnya sistem ini menyerang langsung pada rangkanya, merobohkan pada sendi-sendi keluarga, mengoyak-ngoyak berbagai ikatan sosial, dan merampas istri dari suaminya dan anak-anak dari kaum kerabatnya.
Akibatnya, secara spesifik sistem ini ternyata tidak menghasilkan apa-apa, selain daripada membuat rendah akhlak dan moral wanita. Sebab, tugas wanita yang sebenar-benarnya ialah melaksanakan kewajiban-kewajiban rumah tangga, seperti: mengatur rumah, mendidik anak-anak dan lain sebagainya yang termasuk pekerjaan rumah tangga.
Namun kenyataannya, industri-industri tersebut justru membuat kaum wanita harus melepaskan kewajiban-kewajiban mulia itu, karena mereka harus hidup di dunia yang bukan dunianya, dan mengorbankan anak-anaknya yang tumbuh tanpa sentuhan pendidikan dan perhatian yang menyebabkan mereka terlempar di sudut-sudut kesepian seraya kehausan akan kasih sayang seorang ibu.
Itu semua karena cahaya kasih sayang rumah tangga telah padam, dan seorang wanita telah keluar dari kodratnya sebagai seorang istri yang lembut feminim penuh kasih sayang. Temannya bukan lagi suami dan anak-anaknya di rumah, melainkan sejawat yang berada di tempat kerjanya.
Praktis ia telah dihadapkan pada persaingan dan suasana keras, dan celakanya justru itulah yang akan membuatnya kehilangan keluwesan dalam berpikir, rasa cinta kasih terhadap keluarga dan akhlak yang merupakan modal utama untuk menjaga keutamaan.”
Sebuah koran Logos Weekly Record pernah memuat kutipan dari koran London Truth yang mengatakan: “Sesungguhnya menjadi sumber segala bencana ialah kalau seorang wanita sudah berani keluar dari rumah untuk mencari pekerjaan yang lazimnya dilakukan oleh laki-laki. Akibatnya, akan banyak kasus anak-anak nakal yang melarikan diri dari keluarganya, dan kasusnya ditemukan anak-anak haram yang lahir tanpa punya seorang ayah yang jelas.
Semua itu secara makro tentu akan dapat mengganggu stabilitas dan ketenangan masyarakat, Desakan wanita terhadap posisi laki-laki justru akan mengundang kehancuran. Sebab, nurani dan fitrah insani tentu akan menjerit bahwa beban kewajiban wanita jangan dipikulkan pada laki-laki begitu pun sebaliknya.
Koran Stren Mill pernah memuat tulisan seorang penulis wanita terkenal, yakni Miss Any Road sebagai berikut:
’’Memberi kesibukan kepada anak-anak perempuan kita di dalam rumah adalah jauh lebih baik dan lebih ringan resikonya daripada membicarakan mereka ikut bekerja di industri-industri, yang tentunya akan membuat mereka berlumuran dengan noda-noda kotoran; dan itu jelas bisa menghilangkan keindahan hidupnya buat selama-lamanya.
Saya terkadang punya obsesi bagaimana agar negeri kami bisa menjadi negeri kaum Muslimin yang masih diwarnai oleh rasa malu, kehormatan dan kesucian.
Di negeri kaum Muslimin saya melihat seorang wanita dapat menikmati kehidupan yang sangat menyenangkan. Ia tetap bekerja dengan menjaga kodratnya sebagai wanita. la tidak punya keinginan yang macam-macam yang justru bisa menodai kehormatannya.
Orang-orang Inggris sendiri juga mengancam anak-anak perempuan yang sampai tersungkur dalam lumpur kenistaan akibat sering bergaul bebas dengan laki-laki. Kalau begitu mengapa kita tidak berusaha untuk mendorong anak-anak perempuan agar melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah yang sesuai dengan fitrahnya? Mengapa kita justru membiarkan mereka melakukan pekerjaan laki-laki? Demi keselamatan dan kemuliaan anak-anak perempuan kita sebaiknya perhatikan usulan saya tadi."
Koran Anycome juga pernah memuat sebuah tulisan seorang penulis wanita yang cukup terkenal, yakni Lady Cook sebagai berikut: ’’Sesungguhnya percampuran yang telah dirancang kaum laki-laki ternyata mampu membuat kaum wanita merasa keranjingan, sekalipun hal itu melawan fitrahnya sendiri.
Akibat banyaknya aktivitas yang melibatkan kaum lelaki dan perempuan bercampur jadi satu, maka banyak pula terjadi kasus lahirnya anak-anak zina; dan ini jelas merupakan bencana yang besar bagi wanita yang bersangkutan.
Bagi laki-laki yang mestinya harus bertanggung jawab, dia bisa kabur begitu saja meninggalkan wanitanya yang harus merana di tempat pembaringan seraya merasakan pahitnya derita lantaran harus dicaci maki, dicela, dihina, dan dipergunjingkan di mana-mana sebagai wanita murahan.
Sekarang telah tiba waktunya bagi kita untuk setidaknya mencari hal-hal yang dapat meringankan resiko bencana seperti itu.
Sebab untuk menghilangkannya sama sekali rasanya hampir mustahil, karena pengaruh peradaban barat telah lekat dengan kehidupan kita.
Wahai segenap orang tua, jangan kalian terkecoh oleh sejumlah uang yang tidak seberapa yang dihasilkan oleh anak-anak perempuanmu dari bekerja di industri-industri atau di pabrik-pabrik. Sebab resikonya terlampau besar seperti yang telah kita ketahui bersama.
Beritahukan kepada anak-anak perempuan kalian supaya menjauhkan diri dan menjaga jarak dengan laki-laki. Berikan peringatan akan tipu daya yang tersembunyi yang sewaktu-waktu akan menerkam mereka.
Kita mestinya dapat melihat berbagai ragam bukti yang menunjukkan, bahwa bencana yang timbul dari perbuatan zina akan semakin meluas dan membesar manakala percampuran antara perempuan dan laki-laki dibiarkan bahkan diberikan ajang.
Lihatlah, ibu-ibu yang harus melahirkan anak-anak zina ternyata sebagian besar dari mereka adalah wanita-wanita yang bekerja di pabrik-pabrik atau para pembantu rumah tangga. Kalau saja tidak ada beberapa orang dokter yang “berbaik hati memberikan obat untuk menggugurkan kandungannya, niscaya kita akan menyaksikan anak-anak zina jumlahnya lebih besar lagi daripada yang ada sekarang.
Itulah keadaan yang membawa kita pada tingkat kerendahan yang rasanya tidak mungkin kita bayangkan dapat terjadi. Bahkan sampai ada sementara lelaki dari kalangan kita yang sampai tega memutuskan hubungan dengan negerinya sendiri. Mereka enggan menerima wanita sebagai istri yang sah menurut syara’.
Mereka hanya ingin hidup bersama dengan wanita lain tanpa ikatan pernikahan. Inilah puncak kebobrokan moral yang diakibatkan oleh arus modernisasi yang sesat.
Karena itu waspadalah, wahai saudariku wanita Mukminat terhadap orang-orang yang berteriak-teriak menyamakan mengenai aksi kebebasan wanita.
Sejatinya mereka itu lebih membahayakan kita daripada orang-orang yang kafir.
Sebab orang-orang kafir sudah jelas kekafiran dan kejahatannya. Sementara mereka tadi menyembunyikan diri di waktu siang yang terang benderang. Baru ketika malam mulai turun, mereka akan keluar seperti ular-ular atau kelelawar-kelelawar yang mengancam benteng pertahanan kita dari dalam.
Hanya kepada Allah kita memohon agar Dia berkenan memberikan kekuatan kebenaran kepada kita untuk menghadapinya.
Wahai pemudi Islam, bergayutlah Anda pada lengan ibu Anda, saudari perempuan Anda dan teman-teman sesama wanita Anda.Berhimpun dan bersatulah. Katakan kepada penyeru kebebasan wanita dengan suara serempak yang tegas:
’’Diamlah, wahai orang-orang dungu! Sekali lagi diamlah, wahai orang-orang pandir! Kalian adalah orang-orang yang melecehkan kitab Tuhan kalian, sunnah nabi kalian, dan amanat umat kalian. Apa sih yang kalian inginkan dari kami? Bukankah kami ini adalah makhluk-makhluk yang hina dina dan diperbudak sebelum Islam? Derajat kami menjadi tinggi dan kedudukan kami menjadi luhur setelah datang Islam.
Apakah kalian menginginkan supaya kami mengikuti fatamorgana lalu kami akan mati kehausan setelah sebelumnya kami berlimpah dengan air? Atau apakah kalian menginginkan supaya kami lari dari orang-orang yang menggembala kami biar dikepung oleh srigala-srigala yang siap menerkam kami dari segala penjuru arah?
Atau mungkin kalian menginginkan supaya kami mau berjalan bergandengan dengan peradaban eropa?”
Ah, rupanya mereka sudah tahu apa yang tidak kalian ketahui atau yang kalian pura-pura tidak tahu. Mereka sudah paham apa yang tersembunyi atau yang sengaja kalian sembunyikan. Lebih jauh apakah kalian tidak merasa malu kepada yang telah mengangkat tinggi-tinggi bendera kalian dan memperkuat aliran (mazhab)kalian?
Wahai saudaraku wanita Mukminat, Anda telah mengetahui keadaan wanita yang terjadi sebelum Islam dan sesudahnya.
Ternyata sangat jauh sekali bedanya. Dan Anda juga sudah tahu bagaimana keadaan orang-orang barat yang telah sadar, bahwasanya mereka telah berada di tepi sebuah jurang kehancuran dan saat ini mereka telah mengupayakan cara-cara untuk menyelamatkan diri daripadanya.
Maka selanjutnya saya ingin mengemukakan kepada Anda mengenai beberapa kesalahan yang dilakukan oleh sementara wanita karena kebodohan atau mengikuti adat tradisi yang berlaku di sekelilingnya.
Sengaja saya kemukakan kepada Anda dengan harapan dapat menjauhkan diri dari kekeliruan. Bukan merupakan aib jika seseorang melakukan suatu kekeliruan, kecuali kalau dia teryata mengulang-ulang kesalahan tersebut secara terus menerus.
0 Response to "KEDUDUKAN WANITA SEBELUM DAN SESUDAH ISLAM"
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar Dengan Bijak