Menangis Karena Bahagia
Menangis Karena Bahagia
Seorang usahawan dan hartawan telah memiliki sejumlah perusahaan di USA. Ada seorang pemuda beragama Islam bekerja disalah satu perusahaan tersebut.
Setiap pengusaha itu lewat di depan sang pemuda, si pemuda selalu tersenyum dan tanda kebahagiaan tampak diraut wajahnya, sedangkan si pengusaha selalu bersedih dan murung.
Lalu pengusaha itu bertanya pada sang pemuda tentang senyumannya yang memancarkan kegembiraan dan kebahagiaan.
Pemuda itu menjawab, “Karena saya seorang muslim.”
Pengusaha itu bertanya lagi padanya, “Kalau saya masuk Islam, apakah bisa saya temukan kebahagiaan yang kamu rasakan?”
Pemuda tersebut menjawab, “Ya.”
Maka pemuda muslim tersebut membawa pengusaha ke salah satu Islamic center, lalu ia membaca kalimat syahadat, kemudian seketika itu juga ia meledak dalam uraian tangis yang begitu mengharukan, lalu pengusaha itu ditanya tentang sebab tangisannya, maka ia menjawab, “Untuk pertama kalinya seumur hidup saya, saya merasakan kebahagiaan.”
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Az-Zumar: 22)
Hati tidak bisa mencapai angan-angannya, jika ia belum mencapai Tuhannya. Dan ia tidak bisa mencapai Tuhannya, jika hati belum sehat sempurna.
Kebahagiaan itu kebahagiaan hati, dan kesengsaraan itu kesengsaraan hati. Dan hati tidak bisa bahagia kecuali dengan merasakan Allah, mencintai-Nya, dan menyembah-Nya. “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, dengan menyebut Allah-lah hati menjadi tentram.” (QS.Ar-Rad: 28)
0 Response to "Menangis Karena Bahagia"
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar Dengan Bijak