Membanding-bandingkan Takdir

HARUSNYA SAYA YANG LEBIH SUKSES!

Oleh : Hendy Mustiko Aji ( Dosen UII )

Orang yang memiliki keimanan kuat kepada Allah ta’ala, khususnya terhadap taqdir dan ketentuan Allah ta'ala berkaitan dengan rezeki, maka hidupnya akan tenang dan bahagia tanpa beban. Terhindar dari hasad dan dengki kepada saudaranya. 

Banyak manusia yang pernah saya temui, panas hatinya ketika saudaranya mendapatkan sesuatu kelebihan dibanding dirinya. Hingga menimbulkan iri, dengki dan benci. Sehingga, ia akan menjadi sangat sensitif ketika ditanya tentang masalah tersebut. Mulai dari perasaan malu sampai marah.

Misalnya, dalam urusan pendapatan. Ketika saudaranya mendapat pendapatan atau kekayaan yang lebih besar darinya, hatinya akan panas. Dalam lubuk hatinya muncul percikan hasad dan dengki. Seakan dirinya bergumam, "yg harusnya lebih kaya itu saya!"

Dalam urusan nilai perkuliahan pun sama. Ketika temannya mendapat nilai lebih bagus darinya, hatinya panas membara. 

Di dalam hatinya berkata, "yang harusnya dapat nilai bagus itu saya, bukan dia!" 

Walhasil, dia tidak mau lagi belajar bareng atau mengajari temannya tersebut, karena takut temannya mendapatkan nilai yg lebih baik darinya. 

Betapa sengsaranya hidup seperti itu. Seumur hidup terjajah dengan hati yang iri, hasad dan dengki.

Saya pernah mengalaminya dahulu setelah lulus S1. Saat masih menjadi anak muda yang penuh dengan gengsi dan hasrat, saya selalu membanding-bandingkan pencapaian diri sendiri dengan orang lain. 

Definisi sukses yang saya pegang saat itu adalah ketika saya punya pekerjaan dengan posisi/jabatan yang lebih baik serta gaji yang lebih besar dari teman saya.

Dulu gaji pertama saya dibawah Rp. 5 juta, dan teman saya sudah digaji lebih besar dari saya. Hati saya panas! 

Dulu saat pertama kerja, status saya hanya sebagai probation (karyawan percobaan), dan teman saya sudah dikontrak. Percikan di hati lagi-lagi membara. 

Dulu saat teman-teman saya sudah naik gaji, status pekerjaan saya malah tidak diperpanjang dan malah berakhir menjadi tukang martabak gagal. Penghasilan jauh di bawah teman-teman saya. Hati saya sangat sakit sekali. Malu. 

Posisi saya saat itu sudah punya istri dan anak, tetapi pekerjaan malah tidak jelas. Sedangkan teman-teman saya, masih single tetapi gaji/pendapatan terus meningkat.

Beberapa tahun pun berlalu. Saya mencoba untuk menerima kenyataan sambil berharap Allah mengubah keadaan ekonomi saya. 

Alhamdulillah, roda kehidupan mulai berputar. Setelah menempuh pendidikan lanjut, dengan ijin Allah ta’ala saya diberikan amanah menjadi seorang dosen yang alhamdulillah lebih dari cukup dari sisi ekonomi.

Namun, qadarallah, banyak dari teman-teman saya yang dulu saya jadikan perbandingan, justru roda kehidupannya berputar ke bawah. Mulai dari terlilit hutang sampai dipecat dari pekerjaan. 

Dari situ saya mendapatkan pelajaran berharga bahwa segala sesuatu itu sudah ada ketetapannya, termasuk masalah rezeki. 

Segalanya berjalan dengan presisi keakuratan tingkat tinggi. Tidak akan pernah tertukar atau salah alamat. Sehingga, amat tidak pantas jika seseorang menjadi panas hati terhadap saudaranya pada hal-hal yang sudah pasti dan tidak akan pernah tertukar.

Semenjak saat itu, saya tidak mau lagi membanding-bandingkan pencapaian saya dengan orang lain. 

Semenjak hari itu juga, saya tidak pernah malu jika saya gagal, atau tidak lebih baik dari saudara saya dalam suatu hal. 

Saya yakin ketetapan Allah terkait rezeki itu sudah pasti, sehingga saya ikhlas sepenuh hati menerimanya. 

Segala sesuatu yang Allah taqdirkan untuk saya, meskipun saya menganggapnya tidak baik, saya yakin itu adalah sesuatu yang lebih baik untuk diri saya. 

Segala sesuatu kelebihan yang Allah taqdirkan untuk orang lain, saya yakin belum tentu baik untuk saya.

Hasan Al Basri rahimahullah pernah mengatakan ucapan yang bisa kita petik pelajarannya,

“Aku tahu rezekiku tidak mungkin tertukar dengan rezeki orang lain, karena itu hatiku tenang. Aku tahu amal-amalku tidak bisa digantikan oleh orang lain. Maka kusibukkan diriku beramal dan bekerja…..”

Semoga bermanfaat!

Sallam bahagia sukses dunia akhirat aamiin.

0 Response to "Membanding-bandingkan Takdir "

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar Dengan Bijak