PERBEDAAN BERLIAN DAN KACA BENGGALA

Bismillâhirrahmânirrahîm. Puji dan syukur kepada Allah subhânahu wata’âla, Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Menganugerahkan pengetahuan kepada makhlukNya, 

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam yang tidak akan pernah habis teladan terpancar dari diri Beliau sampai akhir masa.

PERBEDAAN BERLIAN DAN KACA BENGGALA

Watak manusia yang diumpamakan berlian yaitu yang bening (wening) serta bisa mempengaruhi pancaindra, karena bisa mempengaruhi pancaindranya maka berlian bisa kelihatan merah (ngabang), hijau (ngijo), kuning (nguning) dan sebagainya. 

Dan berlian bisa menghilangkan warnanya, tinggal beningnya tanpa warna. Bedanya kalau berlian itu masih sombong (korup) pada dirinya, dan kaca benggala itu sudah lupa akan dirinya. (Soejono, 1922:33)

Sombong (korup) pada diri itu artinya, masih mempunyai rasa yang mengakui pada bayangan (kamumkin). 

Lebih jelasnya merasa kalau dirinya itu bentuk yang jirim, yang punya perkiraan (timbangan), yang mempunyai kebagusan atau kejelekan.(Soejono, 1922:33)

Kata mumkin, artinya: keberadaannya hanya tiruan atau palsu (wenang), dan adanya karena musim, jadi yang seperti itu bukan keadaan yang murni kahanan jati. Sebenarnya mungkin itu hanya bayang-bayang, yang kelihatan pada penglihatan dzat yang mesti adanya.

Kaca benggala itu yang sudah mempunyai rasa : yang sudah tidakmengakui pada bentuk mumkin. Atau diakui yang tanpa wama, tanpa rupa, yang meliputi bentuk yang jirim (Jirim berasal dari bahasa Arab yang artinya, sesuatu yang bisa diukur dengan ukuran ukuran m3) yang tidak baik dan tidak buruk, yang langgeng keberadaannya, yang tidak mengenal musim, bukan awal dan bukan akhir, yaitu keadaan asli (kahananjati), yaitu yang ada sebenar-benarnya.

Wujud yang tampak (gumelar) sebenarnya hanya berupa gambar (wayangan) yang kelihatan pada cermin gaib, semua itu adanya hanya tiruan atau palsu (wenang), bisa ada-bisa tidak, serta adanya hanya sewaktu ketika saja, dan kemudian bisa hilang. 

Yang dimaksud berlian itu rasa yang bisa menyerap berbagai perwatakan, tetapi belum memuat wujud mumkin yang tetimbangan, jadi masih mempunyai rasa belum mantap (tetimbangan), merasa diperhitungkan, merasa mempunyai peranan, apalagi merasa jadi isinya alam. 

Yang dimaksud bisa memuat/mencakup perwatakan itu adalah: berlian bisa berwarna abang (ngabang), biru (mhiru) dan sebagainya, seperti warnanya mirah (merah delima) yang berbeda-beda, karena masih mempunyai rasa ragu-ragu (timbangan), seperti berlian membedakan wujudnya dengan wujud mirah, kupu, arang dan batu (Soejono, 1922:34) 

Dalam hal ini sangat sesuai dengan Ibn aI-Arabi yang mengatakan bahwa, alam adalah cermin bagi Tuhan. Alam mempunyai banyak bentuk yang jumlahnya tidak terbatas. Karena itu, dapat dikatakan bagi Tuhan terdapat banyak cermin yang jumlahnya tidak terbatas. 

Ibarat seseorang yang berdiri banyak cermin yang ada disekelilingnya, Tuhan adalah esa tetapi bentuk atau gambarNya banyak sebanyak cermin yang memantulkan bentuk atau gambar itu. Kejelasan gambar pada suatu cermin tergantung kepada kualitas kebeningan cermin itu. 

Semakin bening atau bersih suatu cermin, semakin jelas dan sempurna gambar yang dipantulkan. Cermin paling sempurna bagi Tuhan adalah Manusia Sempurna, karena ia memantulkan semua nama dan sifat Tuhan. 

Setiap makhluk adalah lokus penampakan diri (maj/a, mazhar) Tuhan dan Manusia Sempurna adalah lokus penampakan diri Tuhan yang paling sempuma. Ini berarti gambar Tuhan terlihat secara sempuma pada Mamusia Sempurna karena ia menyerap semua nama dan sifat Tuhan secara sempuma dan seimbang (Noer, 1995:143). 

KESIMPULAN 

Wujud dari kaca benggala gedhe menjadi ibarat sifat dari dat yang tanpa timbangan. Kaca benggala tidak mempunyai bandingan, artinya tidak pernah dikalahkan dengan bentuk lain, sebab kaca benggala tidak mempunyai rupa, tidak mempunyai warna, tidak bagus melebihi berlian atau mirah, serta tidak hitam melebihi arang, tidak buram melebihi batu, tidak bersinar seperti mirah, dan berkerlip seperti berlian, jadi kosong tidak ada apa-apanya, tidak kelihatan, tidak berwujud, tidak berwarna dan tidak bercahaya, dan tidak baik

Jadi keadaan manusia yang dianggap cermin yang jernih, kepunyaan dat yang kahanan jati. Yang bercermin kahanan jati. Yang dipakai untuk bercermin manusia sejati.

Dan bayangan adalah tampak (gumelar) di alam Manusia agar bisa dianggap cermin yang jernih seperti di atas maka setiap hari rasa harus tenang, angan-angan atau pikirnya tenang, dan mengakui serta  mencintai yang Maha Kuasa secara lahir dan batin. 

Seperti sistem Ibn ai-Arabi berpusat pada Tuhan, pada tauhid dalam bentuk wahdat a/-wujud, paham bahwa tiada wujud selain Tuhan.; hanya ada satu Wujud Hakiki yaitu, Tuhan. 

Segala sesuatu selain Tuhan tidak ada pada dirinya sendiri; ia hanya ada sejumlah penampakan Wujud Tuhan. Alam adalah lokus penampakan diri Tuhan. 

Manusia Sempurna adalah lokus penampakan diri Tuhan yang paling sempurna. Manusia Sempurna menyerap semua nama dan sifat Tuhan secara sempurna dan seimbang. 

Kesempurnaan dapat dicapai manusia karena ia diciptakan Tuhan menurut gambar-Nya yang ada dalam potensialis. 

Kesempurnaan akan terwujud dalam diri manusia pada tingkat individual atau historis, apabila ia mampu mengubah gambar Tuhan dalam potensialitas yang telah ada dalam dirinya menjadi gambar Tuhan dalam aktualitas. 

Meskipun mencapai kesempumaan, Manusia Sempuma tetap milik Tuhan dan akan Kembali kepada Tuhan.

0 Response to "PERBEDAAN BERLIAN DAN KACA BENGGALA"

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar Dengan Bijak