Wujud Hakikat Manusia (Karakteristik Manusia)
Wujud sifat hakikat manusia ini merupakan karakteristik yang hanya dimiliki oleh manusia. Faham eksistensialisme mengemukakan bahwa karakteristik manusia tersebut seharusnya menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan dan membenahi arah dan tujuan pendidikan.
Umar Tirta Raharja dan La Sulo mengatakan di antara wujud sifat hakikat manusia adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan Menyadari Diri
Melalui kemampuan ini manusia betul-betul mampu menyadari bahwa dirinya memiliki ciri yang khas atau karakteristi diri.
Kemampuan ini membuat manusia bisa beradaptasi dengan lingkungannya baik itu limgkungan berupa individu lainnya selain dirinya, maupun lingkungan nonpribadi atau benda.
Kemampuan ini juga membuat manusia mampu mengeksplorasi potensi-potensi yang ada dalam dirinya melalui pendidikan untuk mencapai kesempurnaan diri.
Kemampuan menyadari diri ini pula yang membuat manusia mampu mengembangkan aspek sosialitas di luar dirinya sekaligus pengembangan aspek individualitas di dalam dirinya.
2. Kemampuan Bereksistensi
Melalui kemampuan ini manusia menyadari bahwa dirinya memang ada dan eksis dengan sebenarnya.
Dalam hal ini manusia punya kebebasan dalam ke ‘beradaan’ nya. Berbeda dengan hewan di kandang atau tumbuhan di kebun yang ‘ada’ tapi tidak menyadari ‘keberadaan’ nya sehingga mereka menjadi onderdil dari lingkungannya.
Sementara itu manusia mampu menjadi manajer bagi lingkungannya. Kemampuan ini juga perlu dibina melalui pendidikan.
Manusia perlu diajarkan belajar dari pengalaman hidupnya, agar mampu mengatasi masalah dalam hidupnya dan siap menyambut masa depannya.
3. Pemilikan Kata Hati (Conscience of Man)
Yang dimaksud dengan kata hati di sini adalah hati nurani. Kata hati akan melahirkan kemampuan untuk membedakan kebaikan dan keburukan.
Orang yang memiliki hati nurani yang tajam akan memiliki kecerdasan akal budi sehingga mampu membuat keputusan yang benar atau yang salah.
Kecerdasan hati nurani inipun bisa dilatih melalui pendidikan sehingga hati yang tumpul menjadi tajam. Hal ini penting karena kata hati merupakan petunjuk bagi moral dan perbuatan.
4. Moral dan Aturan
Moral sering juga disebut etika, yang merupakan perbuatan yang merupakan wujud dari kata hati.
Namun, untuk mewujudkan kata hati dengan perbuatan dibutuhkan kemauan. Artinya tidak selalu orang yang punya kata hati yang baik atau kecerdasan akal juga memiliki moral atau keberanian berbuat.
Maka seseorang akan bisa disebut memiliki moral yang baik atau tinggi apabila ia mampu mewujudkanya dalam bentuk perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai moral tersebut.
5. Kemampuan Bertanggung Jawab
Karakteristik manusia yang lainnya adalah memiliki rasa tanggung jawab, baik itu tanggung jawab kepada Tuhan, masyarakat ataupu pada dirinya sendiri.
Tanggung jawab kepada diri sendiri terkait dengan pelaksanaan kata hati. Tanggung jawab kepada masyarakat terkait dengan norma- norma sosial, dan tanggung jawab kepada Tuhan berkaitan erat dengan penegakan norma-norma agama.
Dengan kata lain kata hati merupakan tuntunan, moral melakukan perbuatan,dan tanggung jawab adalah kemauan dan kesediaan menanggung segala akibat dari perbuatan yang telah dilakukan.
6. Rasa Kebebasan (Kemerdekaan)
Kebebasan yang dimaksud di sini adalah rasa bebas yang harus sesuai dengan kodrat manusia. Artinya ada aturan-aturan yang tetap mengikat, sehingga kebebasan ini tidak mengusik rasa kebebasan manusia lainnya.
Manusia bebas berbuat selama perbuatan itu tetap sesuai denga kata hati yang baik maupun moral atau etika.
Kebebasan yang melanggar aturan akan berhadapan dengan tanggung jawab dan sanksi-sanksi yang mengikutinya yang pada akhirnya justru tidak memberikan kebebasan bagi manusia.
7. Kesediaan Melaksanakan Kewajiban dan Menyadari Hak
Idealnya ada hak ada kewajiban. Hak baru dapat diperoleh setelah pemenuhan kewajiban, bukan sebaliknya.
Pada kenyataanya hak dianggap sebagai sebuah kesenangan, sementara kewajiban dianggap sebagi beban.
Padahal manusia baru bisa mempunyai rasa kebebasan apabila ia telah melaksanakan kewajibannya dengan baik dan mendapatkan haknya secara adil.
Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak ini haru dilate melalui proses pendidikan disiplin.
Sebagaimana dikutip oleh Umar dan La Sulo, Selo Soemarjan menyatakan bahwa perlu ditanamkan empat macam pendidikan disiplin untuk membentuk karakter yang memahami kewajiban dan memahami hak-haknya.
1) disiplin rasional yang bila dilanggar akan melahirkan rasa bersalah.
2) disiplin sosial, yang bila dilanggar akam menyebabkan rasa malu.
3) disiplin afektif, yang bila dilanggar akan melahirkan rasa gelisah dan
4) disiplin agama, yang bila dilanggar akan menimbulkan rasa bersalah dan berdosa.
8. Kemampuan Menghayati Kebahagian
Kebahagian bisa diartikan sebagai kumpulan dari rasa gembira, senang, nikmat yang dialami oleh manusia.
Secara umum orang berpendapat bahwa kebahagiaan itu lebih pada rasa bukan pikiran. Padahal tidak selamanya demikian, karena selain perasaan, aspek-aspek kepribadian lainnya akal pikiran juga mempengaruhi kebahagian seseorang.
Misalnya, orang yang sedang mengalami stress tidak akan dapat menghayati kebahagian secara utuh. Dari contoh ini jelas, bahwa kemampuan menghayati kebahagiaan dipengaruhi juga oleh aspek nalar di samping aspek rasa.
Untuk mendapatkan kebahagiaan seseorang harus berusaha. Usaha-usaha tersebut harus berlandaskan norma-norma atau kaidah-kaidah yang ada. Namun usaha-usaha yang dilakukan itu akan terkait erat dengan takdir Tuhan.
Sehingga rasa menerima dan syukur akan mempengaruhi kemampuan manusia dalam menghayati kebahagian. Dalam hal ini, pendidikan agama menjadi modal utama untuk dapat menghayati kebahagian.
Demikian wujud hakekat manusia semoga bermanfat dan bisa menambah pengetahuan kita. Terimakasih telah berkunjung.
0 Response to "Wujud Hakikat Manusia (Karakteristik Manusia)"
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar Dengan Bijak