Pengembangan Potensi Manusia
Pengembangan potensi manusia ini harus dilakukan secara terarah, bertahap dan berkelanjutan serta dapat dilakukan dengan berbagai cara dan pendekatan.
Jalaluddin mengatakan ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan dalam mengembangkan potensi manusia.
Pendekatan Filosofis
Menurut pandangan filosofis manusia diciptakan untuk memberikan kesetiaan, mengabdi dan menyembah hanya kepada penciptanya. Dalam al- Qur’an disebutkan;
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada- Ku.” (QS: adz- Dzāriyat: 56),
Dengan begitu menurut filosofis alQur’an manusia memang diciptakan untuk taat dan mengabdi kepada penciptanya.
Sesuai dengan kakikat penciptaannya, maka keberadaan atau eksistensi manusia itu baru akan berarti, bermakna dan bernilai apabila pola hidup manusia telah sesuai dengan blue-print yang sudah ditetapkan oleh Tuhan.
Pengembangan potensi manusia harus bisa mengarahkan manusia untuk menjadi abdi Tuhannya dan mengikuti nilai-nilai yang benar menurut kebenaran ilahiyah yang hakiki.
Pendekatan Kronologis
Pendekatan kronologis memandang manusia sebagai makhluk evolutif. Manusia tumbuh dan berkembang secara bertahap dan berangsur.
Petumbuhan fisik dan mental manusia diawali dari proses konsepsi, pada tahap selanjutnya menjadi janin, kemudian lahir menjadi bayi, anak-anak, remaja, dewasa hingga meninggal.
Hal ini terjadi sesuai dengan tahapan-tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang berlaku. Dalam al-Qur’an dijelaskan:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ مِن سُلَٰلَةٍ مِّن طِينٍ
ثُمَّ جَعَلْنَٰهُ نُطْفَةً فِى قَرَارٍ مَّكِينٍ
ثُمَّ خَلَقْنَا ٱلنُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا ٱلْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا ٱلْمُضْغَةَ عِظَٰمًا فَكَسَوْنَا ٱلْعِظَٰمَ لَحْمًا ثُمَّ أَنشَأْنَٰهُ خَلْقًا ءَاخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ أَحْسَنُ ٱلْخَٰلِقِينَ
Tentang perubahan manusia dari tahap selanjutnya dijelaskan:
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا ۚ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّىٰ مِنْ قَبْلُ ۖ وَلِتَبْلُغُوا أَجَلًا مُسَمًّى وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkan kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu menjadi dewasa, kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang dimatikan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) agar kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan agar kamu mengetahui.”(QS: al- Mu’min: 67).
Dari ayat-ayat di atas jelaslah bahwa manusia itu diciptakan melalui berberta tahap yang kronologis. Setiap tahap pertumbuhan dan perkembangan ditandai dengan adanya ciri khas atau karakteristik yang berbeda pula.
Kemampuan manusiapun mengalami peningkatan sesuai periode pertumbuhan dan perkembangannya. Dengan demikian maka pengembangan potensi manusia juga harus mengikuti pertumbuhan fisiknya dan perkembangan mentalnya.
Artinya pengembangan potensi manusia harus diarahkan dan dibina sesuai tahapantahapan tumbuh kembang manusia.
Pendekatan Fungsional
Potensi-potensi yang dimiliki manusia diberikan Tuhan untuk dapat dipergunakan dan difungsikan dalan kehidupan mereka.
Karena tidak mungkin Tuhan menciptakan sesuatu yang tidak bermanfaat. Semua ciptaan Tuhan mempunyai maksud dan tujuan, temasuk potensi-potensi yang diberikan kepada manusia.
Dalam surat Ad-Dukhān ayat 38 dijelaskan;
وَمَا خَلَقْنَا ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَٰعِبِينَ
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.”
Dalam pendekatan ini pengembangan potensi manusia harus dilaksanakan sesuai dengan manfaat dan fungsi potensi itu sendiri.
Misalnya, dorongan seksual, harus dibina dan diarahkan untuk menjaga kelestarian jenis manusia, bukan untuk berbuat maksiat atau mencari kesenangan semata.
Dorongan naluri lain lainnya seperti makan, minum dan mempertahankan diri harus diarahkan untuk kelangsungan hidup, bukan mengumbar nafsu.
Maka perkataan yang benar adalah makan untuk hidup bukan hidup untuk makan. Selanjutnya pengembangan potensi fisik adalah untuk memaksimalkan fungsi fisik dan alat inderawi manusia untuk bisa berinteraksi dengan lingkungan hidupnya dan juga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pengembangan fungsi potensi akal dengan benar akan menjadikan manusia mampu membedakan yang baik dari yang salah, mengatur dan memberdayakan lingkungannya untuk kelangsungan hidupnya.
Sementara pengembangan fungsi potensi beragama akan membuat manusia benar-benar menjadi makhluk yang setia kepada Tuhannya.
Jalaluddin mengatakan bahwa melalui pendekatan fungsional ini terlihat bahwa potensi yang dimiliki manusia mempunyai fungsi pengabdian, fungsi kemanusiaan, fungsi individu dan fungsi sebagai makhluk.
Fungsi-fungsi tersebut memang sudah terpola secara baku. Maka pengembangan potensi mnusia tersebut tidak boleh menyimpan dari pola dasar yang sudah ada, agar potensi yang dimiliki manusia betul-betul akan berfungsi sebagaimana mestinya.
Pendekatan Sosial
Dalam pendekatan ini manusia dipandang sebagai makhluk sosial. Manusia dianggap sebagai makhluk yang cenderung untuk hidup bersama dalam kelompok kecil (keluarga) maupun besar (masyarakat).
Sebagai makhluk sosial manusia harus mampu mengembangkan potensinya untuk bisa berinteraksi di dalam lingkungannya dan mampu memainkan peran dan fungsinya di tengah lingkungannya.
Dalam upaya mengembangkan potensi-potensinya manusia membutuhkan dukungan dan bantuan dari pihak lain di luar dirinya untuk membimbing, mengarahkan, dan menuntunnya agar pengembangan potensi tersebut berhasil secara maksimal.
Upaya pengembangan potensi ini dilihat dari sudut pandang manapun akan merujuk kepada pendidikan.
Tugas pendidikan dalam pengembangan potensi manusia, adalah dalam upaya menjaga dan mengerahkan fitrah atau potensi tersebut menuju kebaikan dan kesempurnaan.
Pengembangan berbagai potensi manusia (fitrah) ini dapat dilakukan dengan kegiatan belajar, yaitu melalui institusi-institusi.
Belajar yang dimaksud tidak harus melalui pendidikan di sekolah saja, tetapi juga dapat dilakukan di luar sekolah, baik dalam keluarga maupun masyarakat ataupun melalui institusi sosial yang ada.
Manusia bisa mengembangkan seluruh potensinya melalui pendidikan, baik itu pendidikan formal, informal maupun pendidikan nonformal
Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna dan dalam berbagai ayat al- Qur’an dijelaskan tentang kesempurnaan penciptaan manusia tersebut.
Kesempurnaan penciptaan manusia itu kemudian semakin “disempurnakan” oleh Allah dengan mengangkat manusia sebagai khalifah di muka bumi yang mengatur dan memanfaatkan alam.
Allah juga melengkapi manusia dengan berbagai potensi yang dapat dikembangkan untuk memenuhi kebuTuhan hidup manusia itu sendiri.
Di antara potensi-potensi tersebut adalah potensi emosional, potensi fisikal. potensi akal dan potensi spritual.
Keseluruhan potensi manusia ini harus dikembangkan sesuai dengan fungsi dan tujuan pemberiannya oleh Tuhan.
Ada berbagai pandangan dan pendapat seputar pengembangan potensi manusia, seperti pandangan filosofis, kronologis, fungsional dan sosial.
Di samping memiliki berbagai potensi manusia juga memiliki berbagai karakteristik atau ciri khas yang dapat membedakannya dengan hewan yang merupakan wujud dari sifat hakikat manusia.
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya manusia berbeda dengan makhluk Tuhan yang lain seperti hewan ditinjau dari karakteristiknya, potensi-potensi yang dimilikinya dan kemampuan manusia dalam mengembangkan potensinya.
0 Response to "Pengembangan Potensi Manusia"
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar Dengan Bijak