Kebanyakan Manusia Tidak Beriman Kepada Allah


Iman adalah nikmat terbesar yang diberikan oleh Allah kepada manusia sejak lahir. Namun banyak juga orang yang mengingkarinya. 

Banyaknya orang yang tidak sadar atas nikmatnya. jadi kebanyakan orang islam yang mengaku dirinya muslim tapi tidak berperilaku lslami

Alasan banyak orang yang mengingkari nilai iman disebabkan oleh beberapa faktor seperti:

--> Banyak orang yang mengingkari iman dikarenakan ketidaktahuan mereka tentang ilmu agama islam.

--> Banyak orang yang mengingkari iman dikarenakan masih banyak orang yang tidak mampu mengendalikan hawa nafsu.

--> Banyak orang yang mengingkari iman dikarenakan banyak orang yang masih lebih mementingkan kehidupan di dunia dari pada kehidupan di akhirat kelak.

Bisa jadi, kita termasuk dari golongan orang-orang yang dipandang oleh Allah ta'ala sebagai orang yang tidak beriman.

Maka dari itu, marilah kita pegang teguh Al Quran, kemudian harus mengimaninya dan menjalankan perintah-perintah disana, serta menjauhi larangan-Nya.

Allah Ta'ala berfirman,

أَفَمَن كَانَ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّهِۦ وَيَتْلُوهُ شَاهِدٌ مِّنْهُ وَمِن قَبْلِهِۦ كِتَٰبُ مُوسَىٰٓ إِمَامًا وَرَحْمَةً ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِۦ ۚ وَمَن يَكْفُرْ بِهِۦ مِنَ ٱلْأَحْزَابِ فَٱلنَّارُ مَوْعِدُهُۥ ۚ فَلَا تَكُ فِى مِرْيَةٍ مِّنْهُ ۚ إِنَّهُ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّكَ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يُؤْمِنُونَ

Artinya: Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad) dari Allah dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman. [QS. Huud : 17]

Iman secara sederhana bisa diartikan sebagai percaya atau yakin. Iman atau keyakinan ini harus dimiliki oleh setiap orang yang beragama. Kita harus mengimani agama dan Tuhan kita dengan sungguh-sungguh, yaitu kita tidak hanya memercayai saja namun juga mewujudkannya dalam ucapan dan perbuatan kita.

Meski begitu, iman setiap orang bukanlah sesuatu yang bisa tetap jika dibiarkan. Iman bisa naik dan turun seiring dengan kondisi hidup kita. Jika iman kita sedang baik dan kuat, maka hal tersebut baik untuk hidup kita. Namun sebaliknya, jika iman kita turun dan menjadi lemah, maka akan berdampak buruk pada hidup kita.

Berikut ini dampak atau akibat yang bisa disebabkan oleh iman yang menurun atau lemah.

1. Malas Beribadah

Rasa percaya dan yakin kita akan Tuhan, mulai dari keberadaan, sifat, hingga kekuasaan-Nya, akan membuat kita sebagai manusia menjadi hamba yang patuh dan tunduk sepenuhnya. Oleh sebab itu, kita akan selalu bersemangat dalam menjalani segala ibadah yang diperintahkan oleh Tuhan.

Namun sebaliknya, jika iman kita kepada Tuhan lemah, maka kita jadi ragu atau tidak peduli dengan kekuasaan Tuhan. Akibatnya, kita jadi lalai atas perintah yang diberikan oleh Tuhan. Hal ini akan membuat kita menjadi malas dalam beribadah.

2. Meragukan Kekuasaan Tuhan

Jika iman kita kuat, maka kita akan meyakini keberadaan Tuhan beserta kekuasaan yang dimiliki oleh-Nya. Namun jika kita lemah iman, maka kita bisa meragukan kekuasaan yang dimiliki oleh Tuhan. Rasa ragu ini bisa membuat kita menjadi hamba yang tidak patuh.

3. Tidak Tenang dalam Hidup

Selain bisa membuat kita tidak patuh terhadap perintah Tuhan, rasa ragu kepada Tuhan akibat lemahnya iman juga bisa membuat hidup kita menjadi tidak tenang. Hal ini karena kita tidak lagi memiliki sandaran atau pedoman hidup yang bisa menghindarkan kita dari rasa khawatir.

Jika kita yakin akan kekuasaan Tuhan, maka ketika kita mendapat masalah, kita yakin bahwa Tuhan bisa membuat kita mampu mengatasi masalah tersebut. Namun jika kita ragu, kita tidak tahu lagi harus bersandar kepada siapa.

4. Merasa Sombong atas Hal yang Dicapai

Jika iman kita kuat, maka kita percaya bahwa setiap pengetahuan, kemampuan, hingga kekuatan kita adalah pemberian dari Tuhan. Akibatnya, kita jadi tidak sombong atas segala pencapaian kita. Namun jika iman kita lemah, kita bisa menjadi takabur atau sombong dengan menganggap semua pencapaian kita adalah hasil kerja keras kita sendiri.

Mempercayai dan meyakini sepenuh hati kitab-kitab suci yang pernah diturunkan Allah ta'ala kepada para nabi-Nya merupakan salah satu rukun iman yang sangat penting bagi setiap mukmin. Karena melalui kitab-kitab Allah, mukmin mengetahui dan memahami risalah atau ajaran-Nya, baik berupa perintah-perintah, larangan-larangan, doa-doa maupun janji-janji, dan ancaman-ancaman-Nya. Kitab-kitab Allah itu merupakan petunjuk dan pedoman hidup bagi-nya untuk meraih keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Beriman kepada kitab Taurat yang pernah diturunkan kepada Nabi Musa Alaihi Sallam, Zabur kepada Nabi Daud Alaihi Sallam, Injil kepada Nabi Isa Alaihi Sallam, dan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan bagian integral dari iman kepada Allah ta'ala dan Rasul-Nya. Tidak disebut mukmin, apabila ia mengingkari keberadaan kitab-kitab-Nya tersebut. Bahkan, orang yang tidak mengimani kitab-kitab-Nya dinilai tersesat jauh dari jalan yang benar. Dalam konteks ini, Allah berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” (QS an-Nisa’/4: 136)

Bagi umat Nabi Muhammad SAW, kitab-kitab tersebut merupakan wahyu Allah, bersumber dari Allah, diturunkan kepada Rasul-Nya, berisi ajaran utama yang sama, yaitu tauhid (mengesakan dan menyembah Allah ta'ala semata), meskipun syariatnya tidak sama, sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakatnya. Mengimani kitab-kitab Allah hukumnya fardhu ’ain (wajib bagi setiap muslim). Karena itu, muslim yang mengingkari dan menolak kitab-kitab-Nya dapat dinilai murtad (keluar dari ajaran Islam).

Menurut Sayyid Quthub dalam tafsirnya, Fi Zhilal al-Qur’an, beriman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya dan hari akhir bagi mukmin merupakan fitrah manusia. Artinya, manusia diciptakan oleh Allah dengan modal spiritual berupa kecenderungan natural untuk mengimani Allah ta'ala, termasuk kitab-kitab-Nya. Oleh karena itu, “Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS ar-Rum/30:30)

Bagi kita, mengimani kitab suci Al-Qur’an tidak sekadar mempercayai wahyu yang diturunkan Allah melalui Jibril AS kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, tetapi juga wajib membaca, mempelajari, memahami, menghayati, dan menjadikannya sebagai pedoman hidup dengan mengamalkan isi kandungannya sesuai kemampuan secara maksimal. 

Al-Qur’an juga dipercaya sebagai kitab suci abadi, mukjizat terbesar, selalu relevan dan aktual dengan kehidupan manusia hingga hari kiamat. Al-Qur’an diyakini sebagai referensi yang memandu jalan hidup menuju kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat.

Keberadaan kitab-kitab Allah itu merupakan bukti autentik bahwa Allah itu Maha Pemberi Petunjuk (al-Hadi) bagi kehidupan manusia agar tidak tersesat. Dengan kitab-kitab suci tersebut, Allah menghendaki manusia berada di jalan kebenaran dan kebaikan. Karena itu, mengimani kitab-kitab suci sejatinya merupakan manifestasi kebajikan dan kemaslahatan hidup manusia itu sendiri. “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan. Akan tetapi, sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman dengan Allah swt, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi….” (QS. al-Baqarah/2: 177).

Dengan mengimani kitab-kitab-Nya, keimanan kepada Allah meningkat, sehingga spirit menempuh jalan kebenaran dan kebaikan (agama Islam) semakin menguat dalam rangka mewujudkan kemaslahatan hidup personal dan sosial. Dengan memedomani kitab suci, mukmin semakin termotivasi untuk mendekatkan diri kepada-Nya, baik melalui ibadah personal maupun ibadah sosial, sehingga dapat meraih derajat takwa setinggi mungkin di mata Allah SwT.

Mengimani kitab-kitab Allah, khususnya Al-Qur’an, merupakan jaminan kebenaran dan kedamaian hati karena ajaran tauhid (akidah), ibadah, muamalah, akhlak, dan sebagainya sesuai dengan fitrah kemanusiaan. 

Karena itu, kita harus percaya diri bahwa meyakini kitab suci sepenuh hati itu dapat menumbuhkan optimisme, etos fastabiqul khairat, dan spirit jihad menegakkan agama Allah dalam rangka meraih kesuksesan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Semoga!

0 Response to "Kebanyakan Manusia Tidak Beriman Kepada Allah"

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar Dengan Bijak