CINTA SEPASANG INSAN MULIA

CINTA SEPASANG INSAN MULIA

Kisah cinta yang sudah terpendam sejak lama, kisah cintanya sangat terjaga kerahasiaannya dalam kata, sikap dan ekspresi mereka bahkan konon syetan pun tak bisa mengendusnya, mereka bisa menjaga izzah mereka, hingga Allah telah menghalalkannya.

Ali bin Abi Tholib sudah menyukai Fatimah az-Zahra sejak lama, kecantikan Putri Rasulullah ini tak hanya kecantikan fisik semata, kecantikan ruhaninya melintasi batas hingga langit ketujuh. Namun Ali terkendala perasaan rendah diri, mampukah ia membahagiakannya dengan keadaannya yang serba terbatas.

Ali juga sempat patah hati dua kali, dua sahabat terdekat Rosululloh (Abu Bakar dan Umar bin Khotob) juga telah mendahuluinya, dan menyusul Abdurahman bin Auf melamar sang putri dengan membawa 100 onta bermata biru dari Mesir dan 10.000 dinnar apabila diuangkan dalam rupiah kira kira sebesar 55 milyar.

Alhamdulillah…lamaran bermilyar-milyar itupun ditolak oleh Rosululloh, ternyata kekhawatiran Ali bin Abi Tholib belum berakhir sampai di sini karena ternyata sahabat yang lainpun melamar Sang Az-zahra, Usman bin Affan pun memberanikan dirinya melamar sang putri, dengan mahar seperti yang di bawa oleh Abdurahman bin Auff, hanya ia menegaskan kembali bahwa kedudukannya lebih mulia di banding Abdurahman bin Auf karena ia telah lebih dahulu masuk Islam.

Tidak dinyana tidak di duga, ternyata Rosulullohpun menolak lamaran Usman bin Affan, bahkan di sebuah riwayat (abas Azizi hal 162) di ceritakan: Nabi Shalallahu A'laihi Wa Sallam menggenggam batu kerikil dan kemudian membukanya, terlihat batu itu menjadi batu mulia dan beliau menunjukkannya sambil berkata: “apakah engkau hendak menakut nakutiku dengan hartamu?”

Empat sahabat sudah memberanikan diri dan mereka telah di tolak oleh Rosululloh Shalallahu A'laihi Wa Sallam , kini giliran Ali bin Abi Tholib untuk memberanikan diri setelah sebelumnya dikuatkan oleh sahabat yang lain bahwa beliau menunggu Ali bin Abi Tholib untuk meminang putri kesayangannya.

Hingga di suatu hari Ali memberanikan diri datang, awalnya beliau hanya duduk di samping Rosululloh dan lama tertunduk diam hingga Rosululloh pun bertanya: “wahai putra Abu Tholib, apa yang engkau inginkan?”

Sejenak Ali terdiam, dan dengan suara bergetar iapun menjawab, “Ya Rosululloh, aku hendak meminang Fatimah”. Mendengar jawaban Ali ini beliau SAW tidak terkejut, “bagus wahai Ibnu Abu Tholib, beberapa waktu terakhir ini banyak yang melamar putriku, tetapi ia selalu menolaknya, oleh karena itu, tunggulah jawaban putriku.”

Kemudian beliau Shalallahu A'laihi Wa Sallam, meninggalkan Ali dan bertanya kepada putrinya, ketika di tanya Fatimah hanya terdiam dan Rosululloh Shalallahu A'laihi Wa Sallam  menyimpulkan bahwa diamnya Fatimah pertanda kesetujuannya.

Rosululloh kemudian mendekati Ali dan bersabda, “apakah engkau memiliki sesuatu yang akan engkau jadikan mahar wahai ali?”

Ali pun menjawab, “orang tuaku yang menjadi penebusnya untukmu ya Rosululloh, tak ada yang aku sembunyikan darimu, aku hanya memiliki seekor unta untuk membantuku menyiram tanaman, sebuah pedang dan sebuah baju zirah dari besi.”

Dengan tersenyum Rosululloh Shalallahu A'laihi Wa Sallam bersabda, “wahai Ali, tidak mungkin engkau terpisah dengan pedangmu, karena dengannya engkau membela diri dari musuh musuh Alloh Subhanahu wata'ala, dan tidak mungkin juga engkau berpisah dengan untamu karena ia engkau butuhkan untuk membantumu mengairi tanamanmu, aku terima mahar baju besimu, juallah dan jadikan sebagai mahar untuk putriku.”

Ali bin Abi Tholib menjual baju besi tersebut dengan harga 500 dirham dan menyerahkan uang tersebut kepada Rosululloh Shalallahu A'laihi Wa Sallam, dan nabi Shalallahu A'laihi Wa Sallam membagi uang tersebut ke dalam 3 bagian, satu bagian untuk kebutuhan rumah tangga, satu bagian untuk wewangian dan satu bagian lagi di kembalikan kepada Ali bin Abi Tholib sebagai biaya untuk jamuan makan untuk para tamu yang menghadiri pesta.

Dan malam harinya setelah dihalalkan oleh Alloh swt, terjadilah dialog yang sangat menggetarkan,

Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah keduanya menikah, Fatimah berkata kepada Ali,

“Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu, aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta kepada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya”,

Ali pun bertanya mengapa ia tak mau menikah dengannya, dan apakah Fatimah menyesal menikah dengannya.

Sambil tersenyum Fatimah menjawab, “Pemuda itu adalah dirimu.”

Subhanallah, itu adalah pujian terbaik dari seorang istri yang bisa membahagiakan hati suaminya. Semoga kita dipertemukan dengan orang yang sungguh-sungguh saling mencintai karena Allah seperti Fatimah az-Zahra dan Ali bin Abi Tholib. Aamiin.

Semoga bermanfaat

0 Response to "CINTA SEPASANG INSAN MULIA"

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar Dengan Bijak