Seorang Pemimpin Rakyat

Seorang Pemimpin

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wassallam, keluarga, dan para sahabatnya, serta pengikutnya yang selalu dirahmati dan Istiqomah.

Firman Allah:

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

”Katakanlah, wahai Allah yang memiliki kerajaan, Engkau berikan kerajaan (kekuasaan) kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkau cabut kerajaan (kekuasaan) dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki, di tangan-Mu semua kebajikan. Sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu.” (QS Ali Imran [3]: 26).

Kepemimpinan adalah amanah. Oleh karena itu, apa pun bentuk dan skalanya, kepemimpinan akan dimintai pertanggungjawaban. Baik itu presiden, gubernur, jenderal, raja, kepala RT, maupun kepemimpinan personal.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِىِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَنَّهُ قَالَ « أَلاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالأَمِيرُ الَّذِى عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِىَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ »(رَوَاهُ مُسْلِمٌ)

Dari Ibnu Umar RA dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wassallam sesunggguhnya bersabda: Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam bersabda: Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin atas anggota keluarganya dan akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri adalah pemimpin atas rumah tangga dan anak-anaknya dan akan ditanya perihal tanggungjawabnya. Seorang pembantu rumah tangga adalah bertugas memelihara barang milik majikannya dan akan ditanya atas pertanggung jawabannya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya atas pertanggungjawabannya (HR. Muslim).

Mengenai kepemimpinan, Umar bin Khathab RA telah memberikan contoh teladan yang indah. Dalam satu riwayat diceritakan bahwa Umar RA tak canggung turun ke bawah untuk melihat langsung kesejahteraan rakyatnya. Bahkan, Umar RA pun tak canggung memikul sekarung gandum dengan pundaknya sendiri sebagai bentuk khidmat pada rakyat yang dipimpinnya. Demikianlah prototipe pemimpin bertanggung jawab atas amanah yang diemban.

Tak jarang pemimpin yang dibenci rakyatnya sendiri karena tidak mengemban amanah dengan baik. Pemimpin seperti ini tentu saja dibenci juga oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam bersabda:

”Barang siapa ditakdirkan Allah untuk menjadi pemimpin rakyat dan dia mati, dan saat itu ia menipu rakyatnya, Allah pun mengharamkan atasnya surga.” (HR Muslim).

Lebih berbahaya lagi, pemimpin seperti itu juga bisa menjadi ancaman bagi stabilitas masyarakat dan negerinya. Seperti yang difirmankan Allah Subhanahu Wa Ta'ala:

”Jika Kami menghendaki akan membinasakan suatu negeri, Kami akan perintahkan orang-orang besar (pemimpin) supaya menaati Allah. Tetapi, mereka melakukan kedurhakaan di negeri itu maka patutlah mereka disiksa, lalu Kami robohkan negeri itu seroboh-robohnya.” (QS Al Isra [17]: 16).

Maka, pemimpin yang amanah adalah pemimpin yang mampu membina diri dan masyarakatnya dalam mengamalkan nilai-nilai Ilahiah. Seperti yang diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam pernah bersabda: 

”Jika seorang pemimpin menyuruh bertakwa pada Allah adalah baginya pahala dan jika dia menyuruh yang lainnya, maka balasannya demikian pula.” (HR Muslim).

Demikian beratnya tanggung jawab seorang pemimpin, harta yang dimiliki pun sebatas untuk memenuhi kewajiban sebagai suami kepada keluarganya dan untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya yang membutuhkan. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam beliau bersabda:

لا يحل للخليفة من مال الله إلا قصعتان قصعة يأكلها هو وأهله وقصعة يضعها بين يدي الناس

“Bagi seorang khalifah, tidak halal memiliki harta dari Allah, kecuali dua piring saja. Satu piring untuk kebutuhan makannya bersama keluarganya. Dan satu piring untuk ia berikan kepada rakyatnya” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Al Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah no.362)

Ketaatan kepada pemerintah ini dibatasi dalam hal ketaatan/perkara ma’ruf saja, sedangkan dalam perkara maksiat maka tidak diperbolehkan. 

Hal ini berdasarkan hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

“Wajib atas setiap individu muslim untuk selalu mendengar dan patuh dalam apa yang dia sukai ataupun yang tidak disukainya, kecuali apabila dia diperintahkan untuk melakukan maksiat. Maka apabila dia diperintahkan untuk melakukan maksiat maka tidak boleh mendengar dan tidak boleh patuh.” (HR. Bukhari dan Muslim)

0 Response to "Seorang Pemimpin Rakyat"

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar Dengan Bijak