Konsep Manusia dalam Islam
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga, dan para sahabatnya, serta pengikutnya yang selalu dirahmati dan Istiqomah.
Manusia adalah makhluk yang Allah ciptakan dalam bentuk sesempurnanya Makhluk. Keberadaan manusia adalah yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk yang lainnya.
Manusia memiliki fisik, perasaan, hawa nafsu, juga akal yang membuat manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Hakikat manusia menurut islam bukanlah seperti hewan, tumbuhan, atau makhluk lainnya yang bernyawa.
Makhluk seperti hewan sepintar apapun terlihatnya ia hanyalah makhluk yang didorong oleh insting dan memori dalam otak atau fisiknya. Sedangkan manusia dalam dirinya dengan kesempurnaan akal adalah makhluk yang dapat menilai benar dan salah sebuah perilaku. Tidak hanya itu, ia pun juga bisa mengukur baik dan buruknya suatu tindakan.
Manusia adalah makhluk yang spesial yang Allah ciptakan. Namun seperti apakah manusia dalam sudut pandang islam? Mengapa ia diciptakan Allah sedangkan perilakunya banyak melakukan kerusakan?
Konsep Manusia dilihat dari Tujuannya diciptakan
Manusia diciptakan tentu memiliki tujuan. Bagi ummat islam konsep manusia adalah dilihat dari bagaimana maksud atau tujuan Allah di dalam kehidupan ini. Sebagian ummat lain menganggap bahwa manusia tercipta sendirinya dan melakukan hidup dengan apapun yang mereka inginkan, sebebas-bebasnya. Dalam ilmu pendidikan islam, yang berbicara mengenai konsep manusia tentunya tidak didefinisikan seperti itu.
Untuk itu, perlu mengetahui apa konsep manusia jika dilihat dari tujuan penciptaannya di muka bumi oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Beribadah kepada Allah
”Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku” (QS Adzariyat : 54)
Konsep manuia menurut islam berdasarkan dari tujuannya diciptakan, semata-mata adalah untuk beribadah kepada Allah. Beribadah kepada Allah artinya kita menganggap Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang layak untuk disembah, menjadi tempat bergantung, diagungkan, dan diikuti seluruh perintahnya. Tanpa melakukan ibadah kepada Allah niscaya manusia akan tersesat dan kehilangan arah hidupnya.
Ibadah bukan saja berarti hanya sekedar melaksankan ibadah ritual atau yang sifatnya membangun spiritual saja. Ibadah artinya mengabdi, menjadikan diri kita sebagai abada atau budak dalam hidup untuk Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Ibadah artinya bukan hanya saat shalat saja melainkan semua aspek diri kita bisa dijadikan ibadah asalkan membawa kebaikan dan pahala.
Orang yang menikah, bekerja, berkeluarga, menuntut ilmu, mendidik anak, dan lain sebagainya merupakan bentuk ibadah yang mengalirkan kebaikan bukan hanya untuk dirinya namun untuk ummat. Untuk itu ibadah dalam islam artinya mengikuti segala apa yang diperintahkan oleh Allah dalam segala bentuk kehidupan kita.
Sejatinya, Allah menyuruh manusia beribadah bukanlah untuk kebaikan Allah sendiri. Jika dipikirkan lebih mendalam beribadah kepada Allah dengan ikhlas adalah untuk kebaikan umat manusia itu sendiri. Dengan beribadah kepada Allah, menjadikannya sebagai Illah dalam hidup kita, maka akan datang kebaikan dalam hidup ini. Penyebab hati gelisah dalam islam biasanya karena memang manusia tidak menggantungkan hidupnya pada Allah dan mencari keagungan lain selain Allah. Hal tersebut tentu tidak akan membuat tenang, malah risau karena tidak pernah menemukan jalan keluarnya.
Untuk itu ibadah kepada Allah dengan meyakini rukun Iman dan menjalankan rukun Islam adalah bagian dari beribadah kepada Allah. Ibadah kepada Allah masih banyak lagi dilakukan di berbagai bidang kehidupan manusia dengan mendasarkannya pada fungsi iman kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Mendapatkan Ujian Dunia untuk Masa Depan Akhirat
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk,” (QS. Al-Baqarah: 155-157).
Dalam surat tersebut, Allah menunjukkan kepada manusia bahwa manusia diciptakan adalah untuk diberikan ujian di dunia. Barangsiapa bisa melalui ujian di dunia dengan berbagai tantangan dan kesulitannya, maka Allah akan memberikan pahala akhirat dan rahmat bagi yang benar-benar melaksanakannya dengan baik. Menghadapi musibah dalam islam hakikatnya adalah menghadapi ujian di dunia yang harus dilalui dengan kesabaran. Maka itu islam melarang berputus asa, karena ada banyak bahaya putus asa dalam islam. Salah satunya adalah tidak bisa optimis untuk menjalankan hidup di dunia untuk masa depan akhirat yang baik.
Ujian di dunia adalah agar Allah bisa mengetahui siapa yang bisa mengikuti dan mengabdi pada Allah dengan membalas segala perbuatan dan usahanya untuk menghadi ujian, di akhirat. Untuk itu pahala adalah credit poin yang harus tetap diisi agar kelak sebelum masa pembalasan, proses penghisaban (perhitungan) kita mendapatkan hasil terbaik ujian di dunia.
Jika seluruh hidup ini adalah ujian dari Allah, maka termasuk kebahagiaanpun adalah ujian di dunia. Termasuk orang yang memiliki harta melimpah, jabatan yang tinggi, kekuasaan, anak-anak, dan lain sebagainya. Manusia diuji apakah ia mampu tetap mengabdi dan menyembah Allah walaupun sudah seluruhnya diberikan kenikmatan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Untuk itu, karena hakikatnya hidup ini adalah ujian maka, kita perlu mengusahakan hidup untuk bisa mendapatkan keridhoaan Allah yang terbaik pada kita. Harta dalam islam bukanlah satu-satunya kenikmatan yang akan selalu membahagiakan. Ia hanyalah alat dan tiitpan Allah, yang terasa nikmatnya dan bisa habis kenikmatannya suatu saat nanti.
Melakukan Pembangunan di Muka Bumi dan Tidak berbuat Kerusakan
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS : Al Baqarah : 30)
Dari Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 30 diatas, menunjukkan bahwa manusia diciptakan di muka bumi adalah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Khalifah di atas bukan berarti hanya sekedar pemimpin. Manusia yang hidup semuanya menjadi pemimpin. Pemimpin bukan berarti hanya sekedar status atau jabatan dan tidak perlu mendapatkan jabatan tertentu untuk menjadi khalifah di muka bumi.
Khalifah di muka bumi bukan berarti melaksanakannya hanya saat ada jabatan kepemimpinan seperti presiden, ketua daerah, pimpinan tertentu di organisasi/kelompok. Khalifah di muka bumi adalah misi dari Allah yang telah diturunkan sejam Nabi Adam sebagai manusia pertama. Untuk itu, khalifah disini bermaksud sebagai fungsi.
Fungsi dari pemimpin adalah mengatur, mengelola, menjaga agar sistem dan perusahaannya menjadi baik dan tidak berantakan. Pemimpin juga menjadi figur atau teladan, tidak melakukan sesuatu dengan semena-mena atau tidak adil. Pemimpin membuat segalanya berjalan dengan baik, teratur, dan bisa tercapai tujuannya.
Untuk itu, khalifah adalah tugas dari semua manusia untuk mengelola, mengatur segala kehidupan di dunia. Mengelola bumi artinya bukan hanya mengelola alam atau diri sendiri saja, melainkan seluruh kehidupan yang ada di bumi termasuk sistem ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, IPTEK, pendidikan, dan lain sebagainya. Maka itu manusia manapun dia wajib menghidupkan, mengembangkan, dan menjalankan seluruhnya dengan baik agar adil, sejahtera, dan sesuai fungsi dari bidang tersebut (masing-masing).
Menegakkan Keadilan di Muka Bumi
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS. Al-Qasas [28] : 77)
Menjalankan misi khalifah fil ard bukan berarti kita mengerjakannya seorang diri. Keutamaan adil terhadap diri sendiri memang sangat banyak, namun lebih bermanfaat lagi jika adil juga terhadap manusia yang lain. Melakukan misi khalfiah fil ard berarti kita berbagi tugas dengan manusia lainnya, saling membantu, dan memberikan manfaat. Untuk menjalankan misi khalifah fil ard maka manusia harus memiliki kemampuan, skill, pengetahuan yang dengan keahluannya tersebut ia mampu membangun bidang-bidang yang ada di muka bumi. Untuk itu penting sekali bagi umat islam untuk menjalankan tujuan pendidikan dan tujuan pendidikan islam, agar bisa melaksanakan secara optimal bidang-bidang di muka bumi.
“Dan Syu’aib berkata: “Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan”. (QS. Hud [11] : 85)
Dari ayat diatas sangat terlihat bahwa Allah menyuruh kepada manusia untuk berbuat adil, melaksanakan hak-hak manusia dan tidak berbuat kejahatan yang berakibat kerusakan di muka bumi.
Kita dapat lihat bahwa orang-orang yang tidak menjalankan misi kekhalifahan pasti akan binasa. Seperti misalnya orang yang membuka lahan perhutanan untuk dijadikan tempat berbelanja atau mall oleh orang asing. Selain kerugian material yang besar tentunya ada resiko juga bahwa dibukanya hal tersebut mengundang asing semakin banyak berusaha di Indonesia dengan proses monopoli atau kapitalisasi ekonomi mereka.
Tugas khalifah artinya adalah tugas semua manusia termasuk wanita. Untuk itu, wanita karir dalam pandangan islam tidak jadi masalah. Wanita bisa berkarir sebagai langkahnya dalam melakukan misi kekhalifahan juga di muka bumi yang bisa bermanfaat untuk ummat banyak. Hal ini tetap memperhatikan tugas wanita dalam keluarga pula. Wanita yang baik menurut islam adalah yang mampu menyeimbangkan perannya dalam keluarga, masyarakat, dan terhadap dirinya sendiri.
Hikmah dari Konsep Manusia dalam Islam
Konsep manusia dalam islam adalah konsep yang utuh dan integral mempertimbangkan seluruh aspek kehidupan manusia mulai dari perangkat fisik hingga perangkat akal dan psikologisnya. Konsep manusia dalam islam juga tidak menghalangi manusia untuk memilih, menggunakan kehendak bebasnya, dan melakukan apapun yang diinginkan manusia. Hanya saja segala sesuatu yang diperbuat oleh manusia pasti akan ada efek dan resikonya. Tentu hal tersebut tidak bisa dihindari dan harus diterima atau dilakukan oleh manusia.
Untuk itu, konsep manusia dalam islam tidak timpang sebelah. Konsep manusia dalam islam juga tidak menganggap bahwa manusia boleh sebebas-bebasnya. Untuk itu, ada aturan bagi manusia. Aturan tersebut bukan dalam rangka untuk membatasi atau membuat manusia tersiksa.
Hakikatnya aturan tersebut dibuat agar manusia terhindar dari keterpurukan dan kesesatan. Manusia sengaja diberikan aturan agar tidak melakukan hal yang merugikan dirinya. Maka itulah fungsi agama memberikan petunjuk agar manusia bisa benar-benar selamat hidup di dunia dan akhirat.
Itulah konsep manusia dalam islam. Sangat seimbang dan integral. Memperhitungkan semua aspek dalam kehidupan manusia. Dari konsep manusia islam, maka tidak ada manusia yang bisa menyombongkan dirinya. Sifat sombong dalam islam itu sendiri sangat dibenci, karena sejatinya tidak ada yang bisa disombongkan dari manusia. Manusia senantiasa memiliki kelemahan.
0 Response to "Konsep Manusia dalam Islam"
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungannya, Silahkan Berkomentar Dengan Bijak